Friday, August 1, 2014

33 Album Kenangan

ALBUM KENANGAN
THE VERY BEST OF LILIS SURYANI?
Oleh: Nathan Mintaraga

Ketika sebuah album nostalgia Lilis Suryani yang berbentuk Compact Disc (CD), ‘Golden Hits Memory’, diproduksi tahun 2004 oleh BP Disc, 28 rekaman asli lagu-lagu Lilis yang semuanya adalah hasil produksi Remaco dipilih, dipilah dan dikompilasi. Termasuk di situ juga lagu-lagu dari album-album hasil karya anak-anak perusahaan Remaco, seperti Indah, Mesra, Mutiara dan Diamond Record.

Lagu-lagu Lilis yang dikategorikan terbaik sekali sepanjang masa keemasan karier musiknya (The Very Best of Lilis Suryani), tetapi hanya dari tahun 1965 sampai 1971 saja, diperbaharui lagi secara digital (digitally remastered) oleh BP Disc.

Friday, May 9, 2014

32 ‘A Seng’ – Si Macan Glodok

‘A SENG’ – SI MACAN GLODOK *
BERLALUNYA MASA KEEMASAN 10 TAHUN
Oleh: Nathan Mintaraga

Album (LP) 1 ‘Si A Seng Matjan Glodok’, yang dirilis pertengahan tahun 1971 di bawah label Indah (Remaco), adalah album terakhir Lilis Suryani yang masih mampu mengeluarkan beberapa hits yang cukup berarti. Memang dari tahun 1967 sampai saat itu, semenjak ia ‘terpaksa’ turun dari kedudukannya di ‘atas’ setahun sebelumnya, karier musik Lilis harus melewati banyak tantangan pasang surut.

Kendatipun demikian di antara beberapa piringan hitamnya yang bisa dikategorikan sebagai album-album yang ‘kurang’ mengesankan, selama itu Lilis masih berhasil meluncurkan beberapa album yang secara komersiil sukses sekali, seperti ‘Pemburu’ (1967), ‘LS’ (1968), ‘Air Mata’ 2 (1969), serta album dangdutnya yang pertama, ‘Wadjah Menggoda’ (1970). Tak terlupakan album barunya ini, ‘Si A Seng Matjan Glodok’!

Tuesday, April 15, 2014

31.2 Seruling Bambu (2)

SERULING BAMBU (2)
KERONCONG TRADISIONAL 
Oleh: Nathan Mintaraga

Awal dasawarsa ke-70, ketika Lilis Suryani masih menikmati kesuksesan comeback-nya dengan lagu-lagu berirama Pop-Melayu: Tamasja ke Tawang Mangu, Keinsjafan dan Gadis Sakura, ia merilis sebuah album (LP) 1 kompilasi bersama beberapa artis ‘baru’ lainnya berjudul ‘Krontjong Rangkaian Mutiara’, diiringi oleh band D’Stranger di bawah pimpinan Eddy dan Jasir Sjam. Melalui album itu untuk kedua kalinya Lilis bereksperimen dengan sebuah aliran musik ‘lain’: irama keroncong tradisional.

Pada waktu itu, selain musik dangdut, lagu-lagu semacam itu yang biasanya hanya dibawakan oleh biduan/biduanita asal Jawa saja, juga masih belum begitu lazim untuk ditangani oleh artis-artis pop nasional, apalagi yang sudah mempunyai nama seperti dia. Kendatipun demikian, hal itu tidak menghalangi keberaniannya untuk berinisiatif serta terjun ke arena baru yang masih belum pernah ia coba tersebut!

Wednesday, April 2, 2014

31.1 Seruling Bambu (1)

SERULING BAMBU (1)
POP – SUNDA/DANGDUT
Oleh: Nathan Mintaraga

Semenjak awal karier musik profesionalnya, gara-gara sebuah lagu berbahasa Sunda di album perdananya, Lilis Suryani dikenal di Indonesia sebagai artis pop (arus utama) remaja pertama yang berhasil menenarkan lagu-lagu Sunda secara nasional. Lagu-lagu yang biasanya hanya dikenal secara lokal saja, karena bahasanya tidak (selalu) dimengerti oleh suku-suku yang lain, dibuat olehnya menjadi lagu-lagu termasyhur di tanah air, yang ikut bersaing di dunia musik populer nasional.

Lagu Sunda Lilis yang pertama, Tjai Kopi, dari album mini (EP) 1 perdananya bersama Moeslihat dan Sofjan langsung menjadi hit ketika baru saja dirilis tahun 1963. (Lihat artikel: Tjai Kopi – Lahirnya Sebuah Legenda)

Saturday, March 15, 2014

30.2 (OM) Pantjaran Muda (2)

(OM) PANTJARAN MUDA (2)
GADIS SAKURA 
Oleh: Nathan Mintaraga

Awal tahun 1971, kembali diiringi oleh Orkes Melayu (OM) Pantjaran Muda di bawah pimpinan Zakarya, Lilis Suryani merilis album (LP) 1 ‘khusus’ dangdut yang kedua, ‘Gadis Sakura’. Kesuksesan album sebelumnya, ‘Wadjah Menggoda’ (1970), yang menghasilkan dua hits sangat besar: Tamasja ke Tawang Mangu dan Keinsjafan, mendorong mereka untuk masuk dapur rekaman studio Remaco sekali lagi.

Sebenarnya Lilis sudah lama sekali mengenal Zakarya, bahkan pernah bekerja sama dengannya. Tahun 1963/1964 ketika ia sedang menikmati masa keemasan karier musiknya sebagai artis piringan hitam nomor satu di Indonesia (1963-1966), Lilis bertemu untuk pertama kalinya dengan musisi tersebut, yang juga dikenal di dunia musik saat itu sebagai seorang penyanyi serta penggubah lagu-lagu pop nasional.

Saturday, March 1, 2014

30.1 (OM) Pantjaran Muda (1)

(OM) PANTJARAN MUDA (1)
PARAS YANG MENGGODA
Oleh: Nathan Mintaraga

Hampir setahun setelah berhasil menikmati kesuksesan ‘come back’-nya di dunia musik populer Indonesia dengan album (LP) 1 ‘Air Mata’ 2 (1969), penuh ambisi Lilis Suryani merilis untuk pertama kalinya sebuah piringan hitam berirama dangdut, diiringi oleh Orkes Melayu (OM) Pantjaran Muda di bawah pimpinan Zakarya.

Album (LP) yang berjudul ‘Wadjah Menggoda’ (Remaco) tersebut terdiri dari 12 lagu baru yang hampir semuanya digubah oleh Zakarya. Hanya beberapa saja, untuk melengkapi jumlah lagu yang diperlukan bagi album itu, adalah hasil karya Lilis sendiri, dan juga Iin Sumantri, seorang ahli/pencipta lagu-lagu dangdut.

Saturday, February 1, 2014

29 Air Mata 'Abadi'

AIR MATA ‘ABADI’
‘NGETOP LAGI!
Oleh: Nathan Mintaraga

Kemasyhuran Djanggo dan Bintang Leo dari album kompilasi (LP) 1 ‘Ini dan Itu’ (1968) di bawah label Mesra Record ternyata menyambung masa keemasan Lilis Suryani yang terpaksa ‘tertangguh’ sejenak ketika album-albumnya yang terakhir, ‘Pulang Muhibah’ (Irama Records) dan ‘Taxi Ibukota’ (Remaco) gagal menciptakan hits untuknya. (Lihat artikel: Menangani ‘Django’ (1) – Dari Sukiyaki ke Djanggo)

Ketika album solo berikutnya, ‘Air Mata’ 2, diluncurkan oleh Remaco awal tahun 1969, kedudukannya di dunia musik hiburan Indonesia benar-benar mengokoh lagi. Kendatipun tidak sesempurna album-album klasik Lilis sebelumnya, seperti EPs 3 ‘Paduan Djandji’ 2 (Irama Records), ‘Permata Bunda’ (Bali Record) dan ‘Tjing Tulungan’ 2 (Remaco), atau kedua ‘Signature Albums’-nya (LPs): ‘Antosan’ (Bali Record) dan ‘Gang Kelintji’ 2 (Remaco), piringan hitam baru yang bagus dan sukses tersebut berhasil membuahkan beberapa hits yang cukup berarti, bahkan sebuah lagu yang ternyata menjadi salah satu lagu yang selalu diidentikkan dengan namanya. Lagu yang berkaliber ‘abadi’ sekali! 

Wednesday, January 15, 2014

28.2 'Oriental'-Isme (2)

‘ORIENTAL’-ISME (2)
KUTSUKAKE TOKIJIRO
Oleh: Nathan Mintaraga

Tahun 1969 juga ditandai oleh munculnya banyak duet antara biduan dan biduanita yang sebelumnya secara solo sudah dikenal di Indonesia. Partnership pertama yang ‘tak terduga’ pada waktu itu adalah antara artis remaja baru, Titiek Sandhora, dengan Muchsin, seorang penyanyi kawakan yang sudah cukup lama tanpa hasil berkecimpung di dunia musik dangdut nasional. Gara-gara ketenaran Titiek Sandhora sebagai penyanyi pop yang saat itu sedang naik daun, persekutuan mereka membantu membuat namanya ikut menonjol di arus utama dunia musik nasional.

Sekalipun partnership tersebut diprakarsai oleh Remaco, ternyata berdua mereka berhasil membentuk grup duet paling termasyhur tahun itu, mempengaruhi suatu kecenderungan yang berlangsung hampir tiga tahun lamanya. Partnership Muchsin-Titiek Sandhora bertahan lama sekali, bahkan bukan hanya di bidang musik saja, tetapi juga akhirnya sebagai sepasang suami-istri.

Wednesday, January 1, 2014

28.1 'Oriental'-Isme (1)

‘ORIENTAL’-ISME (1)
PERGANTIAN ERA
Oleh: Nathan Mintaraga

Tahun 1969 adalah tahun yang mengawali suatu era baru di dunia musik populer Indonesia, yang mau-tidak-mau mempengaruhi perkembangan karier musik ketiga artis paling unggul saat itu: Ernie Djohan, Tetty Kadi dan Lilis Suryani. Tahun itu ditandai dengan munculnya banyak sekali biduan/biduanita (remaja) dari berbagai daerah di tanah air, bahkan daerah-daerah pedalaman, yang berlomba-lomba menjadi artis-artis rekaman bertaraf nasional.

Kalau sebelumnya industri tersebut selalu didominasi oleh penyanyi-penyanyi yang hanya berasal dari (atau bermukim di) Jawa Barat saja, kebanyakan dari kota Jakarta atau Bandung, mulai tahun itu mereka sudah tidak dibatasi oleh kedua kota itu lagi.

Saturday, December 14, 2013

27.2 Menangani 'Django' (2)

MENANGANI ‘DJANGO’ (2)
DARI SUKIYAKI KE DJANGGO
Oleh: Nathan Mintaraga

Seperti yang telah disinggung di bagian pertama artikel ini, pada tahun 1964 Lilis Suryani merilis lagu Sukiyaki dalam bahasa Jepang. Anehnya, bertentangan dengan peraturan radio-radio negara (RRI) untuk tidak mengudarakan lagu-lagu yang bukan berbahasa nasional/daerah, lagu itu sangat didukung oleh mereka gara-gara Lilis penyanyinya. Akibatnya, sekalipun syairnya dalam bahasa asing, Sukiyaki versi Lilis tersebut menjadi hit secara nasional berkat dukungan mereka.

Empat tahun kemudian (1968), bersama lima artis kawakan lain yang sudah termasyhur di Indonesia saat itu, Lilis merekam di bawah label Mesra Record album kompilasi (LP) 1 ‘Ini dan Itu’ diiringi oleh orkes Zaenal Combo.

Wednesday, December 4, 2013

27.1 Menangani 'Django' (1)

MENANGANI ‘DJANGO’ (1)
DARI SUKIYAKI KE DJANGGO
Oleh: Nathan Mintaraga

Tidak pernah terduga bahwa tema lagu sebuah film Italia termasyhur tahun 60-an, ‘Django’ (1966), yang pada waktu itu dikenal sebagai salah satu ‘Spaghetti Westerns’ tersukses era tersebut, bakal dinyanyikan dan direkam oleh Lilis Suryani dalam bahasa aslinya. Hasil gubahan Luis Bacalov dan Franco Migliacci, di dalam movie itu Roberto Fia, seorang penyanyi Italia yang cukup dikenal secara lokal, mengalunkan lagu itu.

Setelah merilis lagu Sukiyaki dalam bahasa Jepang diiringi oleh band Eka Sapta tahun 1964, sampai saat itu tidak pernah lagi Lilis merekam lagu-lagu yang berbahasa asing lainnya. (Lihat artikel: Eka Sapta – Satu Terulung Tujuh Termahir)

Friday, November 15, 2013

26 Rebel ‘007’

REBEL ‘007’
MENARI DENGAN KAKEK
Oleh: Nathan Mintaraga

Terluncurnya album (LP) 1 ‘007’ (Remaco) di Indonesia tahun 1968 diiringi oleh orkes Mus Mualim ternyata gagal memberantas ‘wabah kegersangan hits’ yang sedang dialami oleh Lilis Suryani semenjak turun dari ‘takhta’-nya hampir dua tahun sebelumnya. Hanya kali ini dampaknya tidak seburuk album ‘Pulang Muhibah’ (Irama Records) atau ‘Taxi Ibukota’ (Remaco) yang dirilis akhir/pergantian tahun 1967/1968. (Lihat artikel-artikel: Pulang Muhibah – Terlambat Berlenso dan Yale Yale – Menembus Pasaran Tetangga) Karena ternyata melalui album ‘007’ Lilis berhasil menciptakan dua buah hits.

Semenjak dirilis di pasaran musik nasional, dari kedelapan lagu yang ada di dalam piringan hitam itu hanya tiga saja yang judulnya masih dikenal dan dikenang masyarakat hingga sekarang. Yang lain gagal untuk mengesankan hati para pendengarnya!

Friday, November 1, 2013

25 Yale Yale

YALE YALE
MENEMBUS PASARAN TETANGGA
Oleh: Nathan Mintaraga

Ada beberapa penyebab yang membuat nama Lilis Suryani menjadi begitu terkenal di negara-negara tetangga (Malaysia, Singapura dan Brunei) tahun 60-an/70-an. Salah satu di antaranya adalah berkat dukungan berbagai media mereka, terutama radio-radio nasional yang sering mengalunkan lagu-lagunya melalui gelombang-gelombang udara di negara-negara itu.

Tetapi yang paling menakjubkan, lagu-lagu patriotik yang disenandungkan oleh Lilis untuk mengobarkan semangat heroisme bangsa Indonesia di balik kisah-kisah cinta, juga sangat digemari oleh penduduk sana. Padahal lagu-lagu itu diciptakan gara-gara konfrontasi yang terjadi semenjak tahun 1963 antara Indonesia dan Malaysia, untuk menyemangati para pahlawan nasional yang sedang bertugas di medan perang, melawan bala tentara mereka.

Thursday, October 17, 2013

24 Empat Nada

EMPAT NADA
MELENGKAPI DEKADE KE-60
Oleh: Nathan Mintaraga

Tampak agak kurang lengkap apabila membicarakan dunia musik populer Indonesia tahun 60-an tanpa melibatkan orkes Empat Nada di situ. Meskipun Lilis Suryani hanya merekam beberapa lagu saja dengan band tersebut, dan itu juga terjadi ketika ia sudah turun dari ‘takhta’-nya, pengaruh besar band yang ikut berkontribusi dan merajai dekade itu bersama orkes-orkes seperti Eka Sapta, Zaenal Combo, Pantja Nada, Buana Suara, Arulan dan lain sebagainya, tidak bisa diabaikan begitu saja.

Orkes Empat Nada, yang sebenarnya sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik pop, baru mulai dikenal masyarakat ketika tampil mengiringi Tetty Kadi merekam albumnya (LP) 1 yang kedua di bawah label Remaco, ‘Senandung Rindu’ 2 (1967). Kembali piringan hitam itu mengandung delapan lagu baru di mana tujuh di antaranya adalah hasil karya saudara sepupunya sendiri, A Riyanto.

Wednesday, October 2, 2013

23 Lilis T’lah Berdua

LILIS T’LAH BERDUA
‘MEMIMPIN’ EMPAT NADA
Oleh: Nathan Mintaraga

Album (LP)1 ‘Ku Telah Berdua’ dirilis tidak lama setelah Lilis Suryani dan M Junus Ja’far secara diam-diam menikah di kota Jakarta, di mana dikabarkan bahwa upacaranya hanya dihadiri oleh anggota-anggota keluarga terdekat saja. Selain itu juga dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia (digosipkan), bahwa mereka terpaksa harus memajukan tanggal hari perkawinan mereka untuk ‘mengejar’ waktu!

Empat dari kelima lagu ciptaan Lilis di dalam album yang diproduksi oleh Remaco itu melukiskan terminal terakhir kisah perjalanan mereka sebagai sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta. Memang melalui beberapa lagu di dalam album-album sebelumnya, ‘Pemburu’ (1966) dan ‘LS’ (1967), Lilis sudah membagikan dengan sukarela ‘autobiography’ mereka kepada umum, dari kisah pertemuan pertama mereka sampai perkembangan masa pacarannya, melalui lagu-lagu termasyhur: Udjung Pandang, Kisah Tjinta, Kau Tetap Kumiliki dan Tjurahan Hati. (Lihat artikel-artikel: Ujung PandangMemburu si Baju Loreng dan LS – Mencurahkan Isi Hati)

Friday, September 20, 2013

22.2 Kau Selalu di Hatiku (2)

KAU SELALU DI HATIKU (2)
MEMUNCAK DI TELUK BAYUR
Oleh: Nathan Mintaraga

Album (LP) 1 ‘Kau Selalu Dihatiku’ 2 mengandung delapan lagu yang tak terlupakan. Wedhasmara, salah seorang penggubah lagu yang paling dikenal dasawarsa itu, mengkontribusikan tiga lagu: Kembalilah, Sendja Dibatas Kota dan Kau Selalu Dihatiku, lagu paling termasyhur yang berasal dari album itu. Sebelumnya ia sudah dikenal di Indonesia sebagai pencipta lagu Selamat Berpisah dari album ‘Sendja di Kaimana’, salah satu hit terbesar tahun 1965 yang membuat nama penyanyinya, Retno, nama yang sangat dikenal di seluruh Nusantara.

Selain itu untuk album Ernie Djohan tersebut, Zaenal Arifin menciptakan dua lagu: Djemput Aku Djam 5 Sore dan Kenangan Manis Mesti Berlalu. Tak terlupakan lagu-lagu Samudraku karya Jessy Wenas, serta Mustafa dan Hudjan, keduanya hasil karya Tom RS.

Tuesday, September 3, 2013

22.1 Kau Selalu di Hatiku (1)

KAU SELALU DI HATIKU (1)
DIAWALI ‘LA NOVIA’ 
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari tahun 1966 sampai pertengahan tahun 1967 Tetty Kadi adalah artis yang paling populer di Indonesia. Selama itu ia menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan. Ketika baru saja dirilis, semua lagu dari album perdananya, ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco), terutama Teringat Selalu dan Pulau Seribu, menjadi lagu-lagu yang menguasai acara radio-radio (RRI) dan tangga lagu-lagu nasional. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)

Disebabkan oleh karena itu, semenjak akhir tahun 1966, Lilis Suryani yang juga baru saja mengalami kesuksesan fenomenal dengan albumnya ‘Gang Kelintji’ 1 (Remaco), terpaksa harus menyerahkan kedudukannya di ‘atas’, yang berhasil dipertahankan olehnya selama empat tahun, kepada artis remaja itu.


Saturday, August 17, 2013

21 Pulang Muhibah

PULANG MUHIBAH
TERLAMBAT BERLENSO
Oleh: Nathan Mintaraga

Meskipun sudah direkam lebih dari setahun sebelumnya, ‘Pulang Muhibah’ adalah album (LP) 1 Lilis Suryani yang hampir tidak dirilis tahun 1967 oleh Irama Records. Diperkirakan oleh pers, bahwa pada waktu itu perusahaan piringan hitam tersebut sedang mengalami krisis (moneter) yang cukup serius. Karena semenjak album ‘Sendja di Kaimana’ diluncurkan tahun 1965, Remaco terus menguasai pasaran musik populer nasional. Hanya album-album karya mereka saja yang laku keras dan menghasilkan hits yang fenomenal. Lagu-lagunya memonopoli semua tangga lagu-lagu nasional.

Selain Lilis Suryani dengan album-albumnya ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ 2, juga tak terkecualikan Titiek Puspa, semenjak tahun 1965 Irama Records hampir tidak mempunyai artis yang bisa mencetak hits untuk mereka.

Friday, August 2, 2013

20 LS

LS
MENCURAHKAN ISI HATI
Oleh: Nathan Mintaraga

Awal tahun 1967, saat lagu-lagu dari album ‘Pemburu’ masih menduduki tangga lagu-lagu nasional, Lilis Suryani merilis album berikutnya diiringi oleh orkes Arulan di bawah pimpinan Jarzuk Arifin.

Sebagai orkes yang awalnya dikenal di Indonesia sebagai orkes ‘Melayu’, pertengahan dekade itu Arulan mengubah ‘aliran’ mereka dari dangdut ke arus utama dunia musik populer, di mana mereka mengiringi banyak artis terkenal merekam album-album pop/semi pop. Orkes itu pernah bekerja sama dengan penyanyi-penyanyi seperti Bing Slamet, Norma Sanger, Diah Iskandar, Alfian, Ernie Djohan dan lain sebagainya.

Tuesday, July 9, 2013

19 Ujung Pandang

UJUNG PANDANG
MEMBURU SI BAJU LORENG
Oleh: Nathan Mintaraga

‘Pemburu’ adalah album Lilis Suryani yang pertama diluncurkan, di bawah label Remaco, setelah kedudukannya di ‘atas’ selama empat tahun (1963-1966) ‘direbut’ oleh Tetty Kadi, seorang penyanyi remaja baru yang berhasil mempesona masyarakat Indonesia dengan album perdananya: ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco). A Riyanto, saudara sepupunya sendiri, menciptakan semua lagu di dalam album itu, yang sebagian besar secara instan merajai tangga lagu-lagu nasional sepanjang pertengahan terakhir tahun 1966 dan pertengahan awal tahun berikutnya. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)

Seperti Tetty Kadi yang untuk album itu masuk dapur rekaman bersama orkes Zaenal Combo, album baru Lilis Suryani juga direkam diiringi orkes legendaris tersebut. Setahun sebelumnya album mini (EP) 2 hasil kerja sama mereka yang pertama: ‘Tjing Tulungan’ 1 mengalami kesuksesan masal di Indonesia, di mana keempat lagunya ikut menguasai tangga lagu-lagu nasional tahun 1965 bergantian dengan lagu-lagu dari album kompilasi (LP) 3 Zaenal Combo yang juga sedang ‘ngetop sekali, ‘Sendja di Kaimana’. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan bagi orkes itu, keduanya diproduksi di studio Remaco. (Lihat artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme)

Thursday, June 20, 2013

18.2 Teringat Selalu (2)

TERINGAT SELALU (2)
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga

Kendatipun secara tehnis kualitas piringan-piringan hitam (PH) pertama Lilis Suryani dan Tetty Kadi tidak bisa disetarakan oleh karena diproduksi oleh dua studio rekaman dalam jangka waktu yang berbeda, tetapi seperti saat EP 1 ‘Tjai Kopi’ 2 (Irama Records) dirilis hampir empat tahun sebelumnya, album (LP) 3 ‘Pulau Seribu’ 2 (Remaco) juga memperkenalkan elemen-elemen baru yang ikut merevolusikan dunia musik populer Indonesia di era tersebut.

Ketrampilan Zaenal Arifin dan orkesnya, Zaenal Combo, dalam menciptakan aransemen-aransemen musik yang khas bagi setiap lagu yang ada di dalamnya, membuat album baru itu terdengar menarik, unik dan menonjol sekali.

Tuesday, June 4, 2013

18.1 Teringat Selalu (1)

TERINGAT SELALU (1)
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari tahun 1963 sampai pertengahan tahun 1966, sebagai artis remaja yang paling populer era itu, Lilis Suryani benar-benar menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan nasional. Bahkan pernah dengan berani sekali para produser piringan hitamnya menjuduli salah satu album Lilis yang dirilis tahun 1965: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)

Kenyataannya, meskipun ada banyak bintang cemerlang (baru) lainnya yang bermunculan dan menjadi termasyhur saat itu, tidak ada seorang pun di antara mereka yang sanggup memadai kesuksesan yang sudah diraih oleh Lilis sepanjang tahun-tahun tersebut. (Lihat artikel: Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata – Mendominasi Pasaran Musik Pop)

Monday, May 20, 2013

17 Tiga Malam

TIGA MALAM
TERMASYHUR DI KEMAH MUSUH 
Oleh: Nathan Mintaraga

Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang sedang dicapai oleh album klasik ‘Gang Kelintji’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru: ‘Tiga Malam’ 1, hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik populer Indonesia. Seperti album ‘…. Ia Tetap Diatas !!’, album itu juga direkam dengan iringan orkes Bayu (Baju) di bawah pimpinan F Pareira. Sekali lagi, tampak nyata, disorot dari aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha keras untuk mengulangi kesuksesan album ‘Antosan’ dengan meniru aransemen-aransemen musik Idris Sardi saat mengiringi Lilis hampir dua tahun sebelumnya. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)

Ternyata semua itu disebabkan oleh karena ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ sebenarnya direkam serentak tahun 1965 untuk dirilis secara berurutan sebagai dua LP tahun itu dan tahun berikutnya (1966). Itulah sebabnya, seperti album yang pertama, jika didengarkan lagi sekarang, sekalipun bagus, lagu-lagu di dalam album kedua: ‘Tiga Malam’ juga terdengar kuno dan ketinggalan jaman!

Saturday, May 4, 2013

16 Pantja Nada

PANTJA NADA
SEKALI TETAPI ABADI
Oleh: Nathan Mintaraga

Di samping Eka Sapta dan Zaenal Combo sebagai orkes-orkes yang ikut mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang dasawarsa ke-60, Pantja Nada adalah band terpenting ketiga yang berasal dari era itu.

Tetapi dibandingkan dengan kedua orkes yang sudah berhasil meninggalkan legacy mereka di sana dengan menciptakan berbagai album yang tak terlupakan sepanjang masa, Pantja Nada gagal meninggalkan kesan yang serupa. Kebanyakan album-album hasil karya mereka mudah dilupakan.

Saturday, April 20, 2013

15 Hadiah Ulang Tahun

HADIAH ULANG TAHUN
KISAH TERCIPTANYA GANG KELINCI
Oleh: Nathan Mintaraga

Sampai saat ini berbagai berita mengenai proses penciptaan lagu iconic Gang Kelintji masih bisa dibaca di beberapa blogs dan situs-situs dunia maya. Sekalipun asal-usul terciptanya lagu gubahan Titiek Puspa itu ditulis dengan kalimat-kalimat yang agak berbeda, tampak nyata sekali berdasarkan kemiripan inti ceriteranya, kisah itu pasti berasal dari sumber yang sama.

Tertulis di sana, bahwa sesuai kisah yang dituturkan oleh Titiek Puspa sendiri, suatu hari di tahun 1963 rumahnya di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, didatangi oleh seorang gadis bertubuh mungil yang belum pernah dikenal olehnya. Seharian gadis remaja itu, yang mengaku dirinya sebagai penyanyi, bersikeras tidak mau pergi meninggalkan rumah itu, jika Titiek tidak menciptakan sebuah lagu untuknya terlebih dahulu.

Tuesday, April 2, 2013

14 Titiek Puspa

TITIEK PUSPA
ARTIS TELADAN
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari awal era itu artis legendaris Titiek Puspa sudah diakui sebagai seorang seniwati profesional yang paling disegani oleh artis-artis lainnya. Dianggap sebagai sesepuh di bidang kesenian yang harus dihormati, ia selalu dijadikan teladan oleh mereka. Sikapnya yang arif, bijaksana, keibuan dan suka menolong, menjadi penyebab mengapa para penyanyi (remaja) lain yang sedang memerlukan pendapat, nasihat atau bantuan selalu berusaha mencari dia. Dan semua itu tidak terbatas pada persoalan musik belaka!

Tidak dapat disangkal, bahwa selain itu banyak di antara mereka yang mengagumi kemampuan Titiek di dalam menciptakan lagu-lagu yang pada waktu itu hampir semuanya mempunyai potensi besar untuk menjadi hits.
 

Monday, March 18, 2013

13 Gang Kelintji

GANG KELINTJI
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KETIGA
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari berpuluh-puluh album yang pernah direkam dan dirilis oleh Lilis Suryani di Indonesia, terutama dari tahun 1963 sampai 1971, di samping dua album (LP) 1 sebelumnya: ‘Antosan’ (1964) dan ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ (1965), album ‘Gang Kelintji’ 2 (1966) adalah album terpenting sepanjang masa kariernya yang panjang dan menakjubkan itu.

Kesuksesan album tersebut yang dipenuhi oleh delapan lagu tak terlupakan yang semuanya tak terkecualikan menjadi hits di seluruh Nusantara ternyata membuktikan, bahwa kali ini Lilis benar-benar sudah berhasil meraih puncak karier musiknya. Kesuksesan album tersebut mengatasi segala sesuatu yang pernah dicapai olehnya selama itu dari awal sampai tahun 1966, di mana ia benar-benar menikmati kejayaan yang tidak pernah dicapai oleh artis-artis lain sebelumnya.

Thursday, February 28, 2013

12 Tidurlah

TIDURLAH
MENGEKSPERIMEN DANGDUT
Oleh: Nathan Mintaraga

Suatu hal penting lainnya yang menyebabkan album (LP) 1 ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ cukup unik saat diluncurkan adalah kehadiran sebuah irama baru di dalam album tersebut yang tidak pernah didendangkan oleh Lilis Suryani sebelumnya.

Melalui lagu Tidurlah, sebuah lagu dengan syair yang ditulis olehnya sendiri, Lilis berusaha memadu irama musik populer Indonesia dengan irama musik yang masih terdengar ‘asing’ sekali bagi telinga para penggemar setianya, yaitu irama Pop-Melayu, yang kemudian juga dikenal di tanah air sebagai irama ‘dangdut’.

Saturday, February 9, 2013

11 Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’

MENYANJUNG PYM: ‘.... IA TETAP DIATAS !!’
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KEDUA
Oleh: Nathan Mintaraga

Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang dicapai oleh album ‘Tjing Tulungan’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru dengan judul: ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ (1965), hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik Indonesia. Album itu direkam dengan iringan orkes Baju di bawah pimpinan F Pareira. Tampak nyata dari cara-cara aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha keras sekali mengulangi segala sesuatu yang sudah dilakukan oleh Idris Sardi dengan orkesnya saat mengiringi Lilis merekam album ‘Antosan’ setahun sebelumnya.

Tetapi meskipun menggunakan berbagai instrumen musik yang sama seperti yang sudah dipergunakan oleh pemusik legendaris tersebut, baik biola, cello, klarinet maupun saksofon, apalagi meniru semua aransemennya, akhir kesudahan album itu jelas tidak sesempurna kualitas album pendahulunya. Bahkan sekarang LP tersebut terdengar agak kuno, terdengar sekali umurnya yang sudah hampir setengah abad!

Saturday, January 26, 2013

10 Zaenal Combo

ZAENAL COMBO
DARI ‘TJING TULUNGAN’ SAMPAI ‘SELAMAT TINGGAL’
Oleh: Nathan Mintaraga

Salah satu orkes yang mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang pertengahan terakhir dasawarsa ke-60 adalah band Zaenal Combo yang dipimpin oleh pemusik termasyhur Zaenal Arifin. Bertahun-tahun lamanya ketika orkes Eka Sapta masih menikmati kejayaan yang fenomenal, terutama pada saat bekerja sama dengan Lilis Suryani, dengan sia-sia ia dan orkesnya terus berusaha mendobrak tembok penghalang kesuksesan industri musik rekaman nasional yang memang sukar sekali untuk dilakukan.

Pada waktu itu Zaenal Arifin sudah dikenal sebagai penemu grup duet Pattie Bersaudara. Dengan orkesnya di bawah label Remaco, ia juga mengiringi banyak artis lainnya, seperti: Elly Kasim, Tjitjik Suwarno, Tati Saleh, Annie Rae, Lanny Sisters, Trio Asters, Saimima Sisters, The Begous dan lain sebagainya. Kendatipun demikian hampir semua hasil rekaman mereka tidak mampu untuk bisa meninggalkan kesan yang indah di hati para pendengarnya. Sekalipun ada yang menjadi hit, semuanya mudah sekali dilupakan orang.

Tuesday, January 1, 2013

09 Kau Pembela Nusa dan Bangsa

KAU PEMBELA NUSA DAN BANGSA
MENGOBARKAN HEROISME
Oleh: Nathan Mintaraga

Larangan wewenang atas penyiaran lagu Risau disusul oleh berita-berita negatif yang didesas-desuskan oleh media mengenai orientasi seksualitas Lilis Suryani gara-gara lagu Hilda, lagu kedua yang juga berasal dari album ‘Antosan’, ternyata tidak mampu menghalangi kesuksesan karier musik nasionalnya. Karena justru kebalikannyalah yang terjadi!

Tidak lama sesudah itu, diiringi oleh band Zaenal Combo di bawah pimpinan Zaenal Arifin, yang baru saja mengalami ‘dobrakan’ luar biasa dengan album (LP) 1 mereka ‘Sendja di Kaimana’ (Lihat artikel: Zaenal Combo – Dari ‘Tjing Tulungan’ sampai ‘Selamat Tinggal’), yang berhasil mengorbitkan lagu-lagu klasik dari artis-artis seperti: Retno (Selamat Berpisah), S. Warno (Hadiah Hari Ulang Tahun) dan Alfian (Semalam di Tjiandjur), Lilis merekam dan merilis empat lagu klasik lainnya di bawah label Remaco (1965): Tjing Tulungan, Kau Pembela Nusa dan Bangsa, Hesty dan Lydia.

Friday, November 30, 2012

08 ‘Diva-Itis’

‘DIVA-ITIS’ 
BERITA VS GOSIP
Oleh: Nathan Mintaraga

Sedari awal kariernya yang langsung melejit secara luar biasa tahun 1963, Lilis Suryani memang sudah dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia. Pertama-tama oleh karena hampir semua lagu yang dirilis olehnya terus merajai gelombang-gelombang udara di sana. Pers menyadari, kemasyhuran nama Lilis menjamin kehausan rasa ingin tahu masyarakat tentang artis yang sedang naik daun tersebut. Untuk itu mereka bersedia menyampaikan berita apa pun saja mengenai dia kepada para penggemarnya, sekalipun bahan yang ‘harus’ diperbincangkan sering kali sudah tidak ada lagi!

Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, Antosan – ‘Signature Album’ yang Pertama, gara-gara dua lagu kontroversialnya: Risau dan Hilda, karena terus dijadikan bahan diskusi media, nama Lilis Suryani menjadi makin tersohor. Tetapi, kalau sebelumnya hanya oleh karena berita-berita positif saja, semenjak saat itu jaminan seperti itu sudah tidak ada lagi! Tampak nyata sekali, artis remaja tersebut adalah sasaran (gosip) pers yang paling empuk.

Saturday, October 27, 2012

07 Antosan

ANTOSAN
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG PERTAMA
Oleh: Nathan Mintaraga

Salah satu album (LP) 1 yang merupakan ‘signature album’ Lilis Suryani, yang membuat namanya makin termasyhur dan diperbincangkan media di seluruh Indonesia adalah: ‘Antosan’ (1964), hasil kerja samanya dengan orkes Idris Sardi dan Bali Record.

Gaya musiknya yang sangat trendy di era itu diilhami oleh salah satu album Connie Francis yang paling tersohor di dunia: ‘Connie Francis Sings Modern Italian Hits’ (1963), dimana seperti album tersebut, keseluruhan iringan musiknya didominasi oleh keindahan dengungan melodi hasil gesekan senar-senar biola Idris Sardi.

Tuesday, October 2, 2012

06 Dari Moeslihat ke Mus K Wirya

DARI MOESLIHAT KE MUS K WIRYA
PARTNERSHIP DUA LEGENDA
Oleh: Nathan Mintaraga

Seperti partnership setia yang pernah terjadi di dunia musik internasional dasawarsa ke-60 antara dua legenda musik barat, yaitu penggubah lagu-lagu klasik: Burt Bacharach dan biduanita termasyhur: Dionne Warwick, terjadilah di Indonesia dalam waktu yang bersamaan partnership yang serupa antara dua legenda musik nasional: Muslihat dan Lilis Suryani.

Sekalipun kedua partnerships tersebut tidak bisa disetarakan, karena kondisinya berbeda, yang pasti keduanya meraih tujuan yang serupa, yaitu dengan bekerja sama menggunakan bakat seni masing-masing, mereka berhasil memproduksikan lagu-lagu yang mampu menembusi waktu!

Saturday, September 15, 2012

05 Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata

DARI TJAI KOPI HINGGA AIR MATA
MENDOMINASI PASARAN MUSIK POP
Oleh: Nathan Mintaraga

Sampai saat ini Lilis Suryani adalah satu-satunya penyanyi Indonesia yang berhasil merilis album-album dalam waktu yang bersamaan di bawah berbagai label dengan iringan orkes-orkes yang berlainan. Record itu masih belum dipecahkan oleh artis-artis yang lain. Semenjak kesuksesan yang dialami oleh album ‘Paduan Djandji’ 1, Lilis justru diburu oleh perusahaan-perusahaan Piringan Hitam (PH) terbesar di Indonesia untuk bekerja sama dengan mereka. Bahkan yang berasal dari luar negeri! (Lihat artikel: Yale Yale Menembus Pasaran Tetangga)

Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya: ‘Eka Sapta Satu Terulung Tujuh Termahir’, oleh karena ketenaran Lilis Suryani yang luar biasa saat itu, berbagai band/orkes juga berlomba-lomba ingin membonceng kesuksesannya dengan mengiringi dia masuk studio rekaman. Menyadari permintaan masyarakat akan album-albumnya yang selama itu dijamin pasti laku sekali saat diluncurkan, perusahaan-perusahaan recording yang paling utama di Indonesia, seperti: Irama Records, Remaco dan Bali Record merasa tidak keberatan untuk mengontrak Lilis sendiri-sendiri dalam waktu serentak.

Sunday, September 2, 2012

04 Eka Sapta

EKA SAPTA
SATU TERULUNG TUJUH TERMAHIR
Oleh: Nathan Mintaraga

Ketenaran Lilis Suryani di Indonesia menjadi makin semarak ketika ia, sebagai bintang yang paling cemerlang di masa itu, bekerja sama dengan grup legendaris Eka Sapta, sebuah orkes yang mempunyai anggota-anggota pemusik selebriti seperti: Bing Slamet, Idris Sardi, Ireng Maulana, Itje Kumaunang, Darmono, Benny Mustapha dan Kamid, tujuh pemusik yang pada waktu itu juga diakui paling unggul di Indonesia.

Di bawah label Bali Record yang masih berada di bawah naungan Remaco, mereka merekam dua album mini (EP) 1 klasik dengan lagu-lagu yang terbukti sampai sekarang mampu menembusi waktu. Album pertama yang berjudul ‘Permata Bunda’ memperkenalkan empat lagu tak terlupakan, di mana tiga di antaranya adalah lagu-lagu gubahannya sendiri: Untuk Dikau, Permata Bunda, Pileuleujan (ciptaan Muslihat) dan Sabar Menanti.

Saturday, August 25, 2012

03.2 Adillah (2)

ADILLAH (2)
MENENTANG ARUS
Oleh: Nathan Mintaraga

Kebiasaan-kebiasaan itu memang sedang terjadi ketika Lilis memulai karier musiknya tahun 1963. Tetapi ia membuktikan keseriusan bakatnya kepada artis-artis berbobot lainnya yang sudah terkenal pada waktu itu, seperti: Sam Saimun, Kris Biantoro, Bing Slamet, Bob Tutupoly, Onny Surjono, Titiek Puspa, Tuty Subardjo dan lain sebagainya, bahwa sebagai artis remaja pendatang baru yang sangat berbakat di dunia musik populer di Indonesia, ia patut diperhitungkan sebagai seorang contender yang tidak boleh diremehkan!

Tidak memakan waktu terlampau lama Lilis berhasil meraih posisi tertinggi di mana ia langsung diakui sebagai bintang rekaman nomor satu di Indonesia! Jika artis-artis lain biasanya hanya mampu meraih satu/dua hits saja sepanjang karier mereka lalu menghilang untuk selama-lamanya, setiap tahun di awal pertengahan dasawarsa ke-60 Lilis Suryani memberondong dunia musik populer Indonesia dengan lagu-lagu barunya yang tak terlupakan.

Wednesday, August 22, 2012

03.1 Adillah (1)

ADILLAH (1)
MENENTANG ARUS
Oleh: Nathan Mintaraga

Dikatakan, bahwa kesuksesan seorang kontestan yang menyanyi di acara-acara reality TV zaman sekarang biasanya tergantung sekali pada beberapa faktor (syarat) terpenting.

Simon Cowell, salah seorang judge (juri) yang paling terkenal dari acara-acara: ‘American Idol’, ‘Britain’s Got Talent’ dan ‘The X Factor’, pernah berkata, bahwa selain diperlukan bakat suara yang indah, unik dan tersendiri, sikap yang menyenangkan dan paras yang menarik, diperlukan juga kemampuan untuk bisa memilih lagu-lagu yang cocok, menciptakan sebuah ‘moment’ yang mengesankan, nasib yang ‘beruntung’, dan tak terlupakan: kisah hidup yang bisa menjamah hati para pemirsa/penonton. Lebih mengharukan lebih seru!

Saturday, August 18, 2012

02 Tjai Kopi

TJAI KOPI
LAHIRNYA SEBUAH LEGENDA
Oleh: Nathan Mintaraga

Pada tahun 1963, bersama Moeslihat, juga dikenal sebagai Muslihat atau Mus K Wirya, seorang penyanyi, pencipta lagu-lagu terutama yang berbahasa Sunda, dan pemimpin orkes Suita Rama, Lilis Suryani yang pada waktu itu masih menyebut dirinya sendiri Lies Surjani memulai karier musiknya dengan merekam album mini (EP) 1 mereka yang pertama di bawah label Irama Records: ‘Tjai Kopi’ 2.

Album tersebut memperkenalkan dua lagu perdananya: Tjai Kopi, karya Moeslihat, dan Dikala Malam Tiba, lagu gubahan Lilis sendiri yang sebagian besar dari melodi, nada dan ketukan iramanya diilhami oleh sebuah lagu barat: You are My Destiny, karya Paul Anka.

Friday, August 17, 2012

01 Artis Legendaris Indonesia

ARTIS LEGENDARIS INDONESIA
LILIS SURYANI
Oleh: Nathan Mintaraga

Lilis Suryani, yang juga dikenal dengan nama Lies Surjani/Lilies Surjani dan lahir pada tanggal 22 Agustus 1948 di kota Jakarta, adalah seorang penyanyi legendaris dan pencipta lagu yang berhasil mempengaruhi dan mengubah panorama seni musik populer Indonesia di pertengahan pertama tahun 1960-an.

Pada saat dunia musik pop di sana kehilangan kredibilitasnya awal dasawarsa itu, ia tampil dan memprakarsai suatu era yang baru dengan lagu-lagu dan karya musiknya yang khas dan unik sekali. Ia juga merintis dan mempopulerkan secara nasional lagu-lagu berbahasa daerah, seperti: Sunda, Minang, Jawa, Makasar, Dayak, Betawi dan lain-lainnya. Bahkan Lilis adalah artis pertama yang berhasil memadukan lagu-lagu berirama dangdut, keroncong serta berbagai pantun tradisional dengan irama-irama populer, jauh sebelum penyanyi-penyanyi lagu pop lainnya mempunyai keberanian untuk melakukannya.

Wednesday, August 15, 2012

Lilis Suryani

LILIS SURYANI
BIOGRAFI SINGKAT
Oleh: Nathan Mintaraga

Lilis Suryani, yang dilahirkan pada tanggal 22 Agustus 1948 di kota Jakarta, adalah seorang penyanyi legendaris dan pencipta lagu yang berhasil mempengaruhi dan mengubah panorama seni musik populer Indonesia di pertengahan pertama dasawarsa ke-60.

Lilis mulai terjun ke dunia musik ketika berusia 12 tahun dan masih duduk di Sekolah Rakyat (SR) ‘Toa Pekong’, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Tahun 1963, ketika baru menginjak usianya yang ke 15 dan sedang menimba ilmu di Sekolah Kepandaian Putri Boedi Oetomo, gara-gara tampil di TVRI Stasiun Pusat Jakarta, ia mendapat tawaran dari Irama Records, perusahaan piringan hitam terbesar di Indonesia pada waktu itu, untuk merekam suaranya di sana.

Tuesday, August 14, 2012

Nathan Mintaraga

NATHAN MINTARAGA
MENGGALI NOSTALGIA MENGISI ARSIP PUSAKA
Oleh: Nathan Mintaraga

Nathan Mintaraga yang lahir di kota Surabaya, dibesarkan dengan lagu-lagu pop yang pada waktu itu umumnya hanya bisa diakses melalui acara-acara siaran Radio Republik Indonesia (RRI) di kotanya atau kota-kota sekitarnya.

Ketika ia mendengar suara seorang artis baru bernama Lilis Suryani untuk pertama kalinya, menyanyikan lagu-lagu dengan irama-irama yang terdengar jauh lebih cocok untuk selera generasinya pada waktu itu, disisipkan di antara lagu-lagu seperti: Diwadjahmu Kulihat Bulan (Sam Samiun), Kampuang Nan Djauh di Mato (Oslan Husein), Nurlela (Bing Slamet), Sengsara (Rachmat Kartolo), Sampul Surat (Rita Zahara), dan Menanti di Bawah Pohon Kambodja (Nien Lesmana), ia menjadi tertarik sekali untuk mengetahui lebih lanjut asal-usul dan jati diri penyanyi itu.

Monday, August 13, 2012

Selamat Datang!

SELAMAT DATANG!

Bagi Anda yang ‘kebetulan’ mengunjungi blog ‘Menggali Nostalgia’ – Lilis Suryani – Artis Legendaris Indonesia ini, saya mengucapkan: “Selamat Datang!”

Blog ini dikaryakan khusus untuk memperingati dan merayakan dunia musik pop di Indonesia dasawarsa ke-60 sampai awal tahun 70-an, yang berpusat keseluruhannya pada artis legendaris Lilis Suryani, seorang penyanyi dan penggubah lagu yang paling termasyhur di era itu.

Lilis juga berhasil memegang dua records yang sampai sekarang belum terpecahkan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah sebagai satu-satunya artis yang bisa bertahan ‘di atas’ hampir empat tahun lamanya (1963-1966), di mana semua album dan lagu-lagunya secara berturut-turut menguasai tangga lagu-lagu daerah, dan juga nasional. (Lihat artikel: Nathan Mintaraga – Menggali Nostalgia – Mengisi Arsip Pusaka)