Tuesday, October 2, 2012

06 Dari Moeslihat ke Mus K Wirya

DARI MOESLIHAT KE MUS K WIRYA
PARTNERSHIP DUA LEGENDA
Oleh: Nathan Mintaraga

Seperti partnership setia yang pernah terjadi di dunia musik internasional dasawarsa ke-60 antara dua legenda musik barat, yaitu penggubah lagu-lagu klasik: Burt Bacharach dan biduanita termasyhur: Dionne Warwick, terjadilah di Indonesia dalam waktu yang bersamaan partnership yang serupa antara dua legenda musik nasional: Muslihat dan Lilis Suryani.

Sekalipun kedua partnerships tersebut tidak bisa disetarakan, karena kondisinya berbeda, yang pasti keduanya meraih tujuan yang serupa, yaitu dengan bekerja sama menggunakan bakat seni masing-masing, mereka berhasil memproduksikan lagu-lagu yang mampu menembusi waktu!

Kemitraan antara Burt Bacharach dan Dionne Warwick berlangsung jauh lebih lama dan menghasilkan lagu-lagu termasyhur yang berjumlah jauh lebih banyak dibandingkan dengan kerja sama Muslihat dan Lilis Suryani.

Berdua Burt Bacharach dan Dionne Warwick merekam berpuluh-puluh lagu yang sampai sekarang masih dikenal di dunia, di antaranya: I Say a Little Prayer, Do You Know the Way to San Jose?, Wishin’ and Hopin’, Anyone Who had a Heart, That’s What Friends are for. Lagu-lagu tersebut masih sering dinyanyikan dan direkam ulang oleh artis-artis generasi-generasi berikutnya.

Sedangkan di Indonesia, berdua Muslihat dan Lilis Suryani berhasil memasyhurkan secara nasional lagu-lagu klasik dalam bahasa Sunda, seperti: Tjai Kopi, Pileuleujan, Teungteuingeun, Antosan, Tjau Ambon, Naha, Tjing Tulungan dan Samar Polah. Tak terlupakan beberapa lagu berbahasa Indonesia lainnya, di antaranya: Semalam, Mendjemput, Gelisah, Kepesta, Hilda, Badju Baru, Telepon, Bungaku dan Sedjenak. Sampai sekarang banyak lagu gagasan mereka masih terus terdengar disenandungkan oleh artis-artis generasi masakini.

Muslihat, dengan nama KTP-nya: Muslihat Kertadiwirya, juga dikenal sebagai Moeslihat atau Mus K Wirya, seorang keturunan Sunda yang dilahirkan di kota Jakarta. Dari awal dasawarsa ke-60 sampai pertengahan tahun 70-an ia dikenal sebagai penggubah lagu-lagu yang berhasil sekali di Indonesia. Selain menciptakan sekitar 150 lagu, Mus K Wirya juga dikenal sebagai perintis dan pemimpin tiga orkes yang cukup terkenal.

Namanya, dan juga lagu-lagu yang digubah olehnya, menjadi termasyhur sekali secara nasional semenjak ia bekerja sama dengan Lilis Suryani di tahun 1963. Bersama orkes di bawah pimpinannya sendiri: Suita Rama, ia dan Lilis Suryani mengawali kemitraan mereka dengan merekam album mini (EP) 1 yang pertama: ‘Tjai Kopi’ 2. (Lihat artikel: Tjai Kopi – Lahirnya Sebuah Legenda)

Setahun kemudian, dengan menggunakan nama Mus K Wirya, ia memimpin orkes Kuantamer mengiringi Lilis merekam EP termasyhur ‘Kisah Remadja’ (Remaco) yang memperkenalkan empat lagu gubahannya sendiri, termasuk lagu klasik: Semalam, yang sampai sekarang masih terus terdengar up-to-date sekali.

Seperti Burt Bacharach yang juga menggubah lagu-lagu untuk penyanyi-penyanyi lainnya, sepanjang karier musiknya Mus K Wirya juga menciptakan lagu-lagu untuk artis-artis seperti: Onny Surjono, Tuty Subardjo, Anna Mathovani, Alfian, Tanti Josepha, Titiek Sandhora dan lain sebagainya.

Tahun 1965, dengan orkes Mus K Wirya, ia merekam dua buah album (LP) 3 di bawah label Remaco untuk pertama dan terakhir kalinya, mengiringi pasangan suami istri, penyanyi-penyanyi kawakan yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik pop Indonesia.

Album ‘Siapa’, dengan Onny Surjono, membuahkan beberapa hits yang cukup berarti pada waktu itu, di antaranya: Burung Berkitjau, Perahu Majang dan Kasih di Perdjalanan, demikian juga Bung Karno Djaja, sebuah lagu yang akhirnya oleh para wewenang dilarang disiarkan melalui radio-radio nasional (RRI). (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – Signature Album yang Kedua).

Sedangkan album ‘Anterkeun’, dengan Tuty Subardjo, juga menghasilkan beberapa hits yang cukup berarti, seperti: Tiada Lagi, Lupakanlah, Tunggu dan lain-lainnya. Tak terlupakan dua lagu berbahasa Sunda: Anterkeun dan Panginten, yang sekalipun saat itu disenandungkan dalam ‘tradisi’ khas Lilis Suryani, hasilnya tidak bermutu setinggi aslinya.

Pada waktu penggubah lagu kawakan Ismail Marzuki sudah diakui di Indonesia sebagai seorang seniman legendaris, awal dasawarsa ke-60 Mus K Wirya memulai sebuah trend baru di bidang penciptaan lagu. Trend itu diikuti di tahun-tahun berikutnya oleh Zaenal Arifin, Jessy Wenas, Yasir Syam dan A Riyanto, demikian juga Titiek Puspa dan Lilis Suryani. Kendatipun masih ada banyak pencipta lagu lainnya, era itu benar-benar didominasi oleh lagu-lagu hasil karya mereka saja.

Kemitraan antara Mus K Wirya dan Lilis Suryani berlangsung cukup lama, bahkan sampai awal dasawarsa ke-70, ketika ketenaran mereka berdua sudah mulai memudar.

Mus K Wirya meninggal dunia pada tanggal 18 September 2005 dalam usia 71 tahun, setelah menderita stroke selama lima tahun, meninggalkan seorang istri, empat anak dan lima cucu.

Nathan Mintaraga
Oktober 2012

Catatan:

1 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

2 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

3 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment