Tuesday, April 2, 2013

14 Titiek Puspa

TITIEK PUSPA
ARTIS TELADAN
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari awal era itu artis legendaris Titiek Puspa sudah diakui sebagai seorang seniwati profesional yang paling disegani oleh artis-artis lainnya. Dianggap sebagai sesepuh di bidang kesenian yang harus dihormati, ia selalu dijadikan teladan oleh mereka. Sikapnya yang arif, bijaksana, keibuan dan suka menolong, menjadi penyebab mengapa para penyanyi (remaja) lain yang sedang memerlukan pendapat, nasihat atau bantuan selalu berusaha mencari dia. Dan semua itu tidak terbatas pada persoalan musik belaka!

Tidak dapat disangkal, bahwa selain itu banyak di antara mereka yang mengagumi kemampuan Titiek di dalam menciptakan lagu-lagu yang pada waktu itu hampir semuanya mempunyai potensi besar untuk menjadi hits.
 
Melalui sebuah interviu yang ditampilkan di majalah Femina tertanggal 26 Maret 1997 Lilis Suryani berkata, bahwa ‘Tante Titiek’ adalah idola merangkap sahabat-nya. Jauh sebelum ia sendiri berhasil terjun ke dunia musik rekaman, ia sudah mengagumi suara, dan juga karier Titiek Puspa. Andai kata saja Lilis bisa menjadi setenar dia, pikirnya. Pernah sekali, karena keinginan besar untuk bisa berkenalan dengan idola-nya tersebut, sepulang dari sekolah Lilis langsung pergi berjalan kaki ke rumahnya yang berjarak cukup jauh dari daerah tempat tinggalnya. Pertemuan itulah yang mengawali persahabatan kedua artis yang akhirnya dikenal di Indonesia sebagai legenda-legenda musik pop nasional dekade tersebut.

Seperti banyak artis remaja lainnya di era itu yang ikut mencicipi ketenaran dunia musik pop gara-gara menyanyikan atau merekam lagu-lagu yang diciptakan oleh Titiek Puspa, Lilis juga mendapat kesempatan yang baik tersebut. Muhibah dan Syair Lagumu dari album kontroversialnya: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ adalah lagu-lagu pertama ciptaan Titiek Puspa yang didendangkan dan direkam oleh Lilis.

Biduanita berparas cantik yang lahir pada tanggal 1 November 1937 di kota Tanjung, Kalimantan Selatan, memulai kariernya setelah menjadi Juara Bintang Radio Jenis Hiburan tingkat Jawa Tengah di kota Semarang tahun 1954. Nama aslinya adalah Sudarwati, yang kemudian menjadi Kadarwati sebelum diubah lagi menjadi Sumarti.

Nama panggilannya sehari-hari adalah Titiek. Orang tuanya, Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam mempunyai 11 anak. Ketika memulai karier musiknya di luar pengetahuan dan restu keluarganya, ia menggunakan nama panggilan itu (Titiek) ditambah sebagian dari nama ayahnya (Puspa) sebagai nama panggungnya.

Pada awal kariernya, suara Titiek Puspa terdengar mirip sekali dengan suara Anneke Gronloh, seorang penyanyi keturunan Indo-Belanda yang sangat terkenal di Indonesia kendatipun sudah pindah dan bermukim di negeri Belanda. Pernah melalui sebuah interview di RRI Surabaya akhir tahun 50-an ia mengakui dengan terus terang, bahwa biduanita tersebut adalah idola-nya. Titiek begitu menyukainya, sampai lagu-lagu Anneke berbahasa Indonesia yang dirilis dari sana direkam ulang olehnya. Beberapa di antaranya: Boeroeng Kaka (Burung Kakaktua) dan Boeka Pintoe.

Demikian juga lagu-lagu berbahasa Belanda yang diterjemahkan dan dirilis di Indonesia oleh Anneke Gronloh awal tahun 60-an, seperti: Asmara, Soerabaja, Mario dan Paradiso. Beberapa lagu tersebut juga direkam lagi oleh Titiek Puspa tidak lama sesudahnya.

Selain itu sebelum meraih masa kejayaannya yang fenomenal mulai dasawarsa itu sampai sekarang, ia juga merilis beberapa lagu yang sudah pernah disenandungkan oleh orang-orang lain, seperti: Puspa Dewi, Sampul Surat, Di Sudut Bibirmu dan Esok Malam Kau Kudjelang.

Sejenak sebelum Lilis Suryani muncul di dunia musik pop tahun 1963 dan merajai semua tangga lagu-lagu nasional, Titiek baru menemukan ‘citra diri’-nya di bidang musik, terutama bakatnya di dalam menciptakan lagu dan juga suaranya yang sebenarnya khas sekali, yang tidak perlu dipengaruhi oleh suara artis-artis lainnya.

Kalau sebelumnya ia selalu menyanyikan lagu-lagu ciptaan orang lain, seperti: Ismail Marzuki, Iskandar, Wedhasmara dan Mus Mualim, semenjak tahun itu Titiek Puspa merilis album-album dengan isi 95% lagu-lagu karyanya sendiri. Diawali tahun 1963 dengan album ‘Kisah Hidup’, ia mulai merilis album-album seperti itu secara berturut-turut, di antaranya: ‘Si Hitam’ (1964), ‘Pita’ (1966) dan ‘Doa Ibu’ (1966). Semuanya direkam di studio Irama Records, sebagian diiringi oleh orkes pimpinannya sendiri: Puspa Sari, dan yang lain oleh orkes yang dipimpin oleh suaminya, Mus Mualim.

Lagu-lagu gubahannya yang paling terkenal dasawarsa itu adalah: Si Hitam, Tinggalkan (Budi Bahasamu), Aku dan Asmara, Mama, Ajah, Mari-Mari (Marilah Kemari), Minah Gadis Dusun, Pantang Mundur dan lain sebagainya. Di dasawarsa-dasawarsa berikutnya Titiek masih terus menghasilkan hits yang cukup berarti, seperti: Bing (1974), Kupu-Kupu Malam (1977), Apanya Dong (1982), Horas Kasih (1983) dan Virus Kasih (1997).

Sepanjang masa kariernya Titiek Puspa tidak mempunyai katalog hits sebanyak atau sepadat Lilis Suryani. Tetapi di bidang lain sampai saat ini ia berhasil meninggalkan kesan yang menakjubkan di dunia hiburan Indonesia, yang belum pernah dicapai oleh artis-artis lainnya. Ia diakui sebagai seorang seniwati profesional yang bukan hanya menggeluti dunia seni musik saja, tetapi juga drama. Oleh karena parasnya yang cantik, selama itu Titiek menjadi biduanita yang paling sibuk, membintangi teater, film dan iklan televisi, bahkan ia aktif bekerja di belakang layar mengurusi bidang koreografi.

Berbeda dengan Lilis Suryani yang selalu menciptakan lagu-lagu untuk direkam di albumnya sendiri, Titiek sering membagikan hasil karyanya kepada artis-artis lain yang suara atau umurnya jauh lebih cocok bagi tema lagu-lagu gubahannya tersebut.

Selain Lilis Suryani adalah artis yang paling berhasil menenarkan lagu-lagu ciptaannya secara nasional di era itu, di antaranya: Gang Kelintji, Hari Ulang Tahun, Asmara dan Ulang Tahun Kakek, banyak lagu hasil karyanya yang lain juga dijadikan hits oleh artis-artis seperti Dara Puspita (Mari-Mari), Sitompul Bersaudara (Tinggalkan), dan lain sebagainya.

Mulanya Titiek Puspa menikah dengan Zainal Ardi, seorang penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Tetapi perkawinan itu tidak bertahan lama. Setelah perceraiannya, beberapa tahun kemudian ia menikah dengan Mus Mualim. Melalui perkawinan tersebut, mereka dikaruniai dua putri.

Persahabatan erat antara Titiek Puspa dan Lilis Suryani yang bersifat kekeluargaan berlangsung sampai saat kematian Lilis tanggal 7 Oktober 2007, setelah berjuang selama empat tahun melawan penyakit kanker rahim yang amat ganas. Selama itu ia selalu menganggap dan memperlakukan Lilis seperti putri sendiri!

Nathan Mintaraga
April 2013

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment