Wednesday, August 22, 2012

03.1 Adillah (1)

ADILLAH (1)
MENENTANG ARUS
Oleh: Nathan Mintaraga

Dikatakan, bahwa kesuksesan seorang kontestan yang menyanyi di acara-acara reality TV zaman sekarang biasanya tergantung sekali pada beberapa faktor (syarat) terpenting.

Simon Cowell, salah seorang judge (juri) yang paling terkenal dari acara-acara: ‘American Idol’, ‘Britain’s Got Talent’ dan ‘The X Factor’, pernah berkata, bahwa selain diperlukan bakat suara yang indah, unik dan tersendiri, sikap yang menyenangkan dan paras yang menarik, diperlukan juga kemampuan untuk bisa memilih lagu-lagu yang cocok, menciptakan sebuah ‘moment’ yang mengesankan, nasib yang ‘beruntung’, dan tak terlupakan: kisah hidup yang bisa menjamah hati para pemirsa/penonton. Lebih mengharukan lebih seru!

Pernyataan Simon, seorang yang sudah diakui sebagai veteran acara-acara semacam itu, memang terbukti sekali! Selain artis-artis: Carrie Underwood, pemenang ‘American Idol’ (2005), dan Leona Lewis, yang memenangkan ‘The X Factor - UK’ (2006) sebagai dua contoh saja yang bisa memenuhi semua faktor yang ia katakan tersebut, ada Susan Boyle dan Paul Potts, kontestan-kontestan ‘Britain’s Got Talent’ yang hanya bisa memenuhi sebagian saja. Kendatipun demikian, keempat artis termasyhur yang semuanya ditemukan oleh Simon Cowell melalui program-program itu ternyata berhasil membina karier bertaraf internasional yang fenomenal sekali.

Jelas Lilis Suryani juga tidak bisa memenuhi semua faktor tersebut. Lagipula ia berasal dari suatu era yang amat berbeda, di mana acara-acara TV seperti itu yang terus mengekspos bukan hanya suara saja, tetapi juga paras dan pribadi seorang artis (kontestan), belum ada. Jadi tanpa kesempatan untuk memenuhi syarat tersebut yang terus terang saja bagi Lilis tentu jauh lebih menguntungkan, ia hanya bisa mengandalkan faktor-faktor yang lain saja.

Kenyataannya, Lilis memang mempunyai suara yang indah, lantang, unik dan khas. Ia menggubah dan merekam lagu-lagu yang sesuai dengan karakter suaranya. Banyak kali ia menciptakan ‘moments’ yang mengesankan melalui lagu-lagunya, yang membuat orang selalu mengingatnya. Kisah hidup dan juga tingkah lakunya menarik perhatian umum, sehingga mau-tak-mau ia selalu disorot dan diperbincangkan oleh media di mana-mana. Sekalipun seringkali itu hanya berupa berita-berita gosip belaka! (Lihat artikel: Antosan – ‘Signature Album’ yang Pertama)

Tetapi salah satu faktor terpenting yang dipunyai olehnya adalah nasib yang baik! Gara-gara tampil pada suatu malam di TVRI Stasiun Pusat Jakarta, pendiri Irama Records, Suyoso Karsono, yang kebetulan menyaksikan dia menyanyi di sana, menjadi tertarik untuk merekam suaranya. Melalui peristiwa itu secara pribadi Lilis berhasil mematahkan kebiasaan-kebiasaan tak terpuji yang sudah lama mendarah daging di era itu, di mana koneksilah yang menjadi penyebab utama artis-artis baru bisa memasuki dunia musik rekaman di Indonesia.

Kebiasaan-kebiasaan yang mengakibatkan banyak di antara lagu-lagu yang dikumandangkan melalui radio-radio nasional (RRI) pada waktu itu direkam oleh ‘bintang-bintang’ yang sebenarnya tidak berkualifikasi untuk menyanyi. Lagu-lagu yang kurang bermutu, dengan irama dan syair yang terdengar cengeng sekali!

Lilis juga muncul untuk pertama kalinya di tengah-tengah kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya di mana banyak sekali lagu barat (asing) disenandungkan dalam bahasa Indonesia oleh ‘bintang-bintang’ tersebut.

Ada yang diterjemahkan persis, seperti Hey Paula (Hey Paula dari Paul and Paula), dan ada yang diterjemahkan secara bebas, di antaranya: Gadis Sukiyaki (Sukiyaki dari Kyu Sakamoto), Hari Minggu jang Kutunggu (King of Clowns dari Neil Sedaka), Dara Aju (I Can’t Stop Loving You dari Ray Charles), Kasihku Dikau Seorang (Ginny Come Lately dari Brian Hyland), Di Pantai (Summer Holiday dari Cliff Richard), La Novia (La Novia/The Wedding dari Julie Rogers) dan Anna (Anna dari The Beatles).

(To be continued)

Nathan Mintaraga
Agustus 2012

No comments:

Post a Comment