Saturday, May 4, 2013

16 Pantja Nada

PANTJA NADA
SEKALI TETAPI ABADI
Oleh: Nathan Mintaraga

Di samping Eka Sapta dan Zaenal Combo sebagai orkes-orkes yang ikut mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang dasawarsa ke-60, Pantja Nada adalah band terpenting ketiga yang berasal dari era itu.

Tetapi dibandingkan dengan kedua orkes yang sudah berhasil meninggalkan legacy mereka di sana dengan menciptakan berbagai album yang tak terlupakan sepanjang masa, Pantja Nada gagal meninggalkan kesan yang serupa. Kebanyakan album-album hasil karya mereka mudah dilupakan.

Lagi pula, dibandingkan dengan kesuksesan Eka Sapta dan Zaenal Combo yang mengiringi banyak bintang (remaja) baru yang belum dikenal umum serta mengorbitkan mereka, Pantja Nada kurang berhasil/aktif di bidang itu.

Kendatipun demikian, karena keahlian dan ketrampilan permainan gitarnya yang amat khas, Enteng Tanamal, pendiri dan pemimpin orkes tersebut tergolong di dalam kelompok seniman-seniman musik nasional yang bertaraf legendaris seperti Muslihat (Mus K Wirya), Lilis Suryani, Titiek Puspa, Idris Sardi, Bing Slamet, Wedhasmara, Zaenal Arifin, A Riyanto, Jessy Wenas, Yasir Syam dan lain sebagainya, yang ikut mengambil bagian dalam ‘merevolusikan’ dunia musik populer Indonesia dasawarsa itu.

Album klasik Lilis Suryani: ‘Gang Kelintji’ 1 yang diiringi oleh mereka adalah salah satu album terpenting yang berasal dari era itu. Kesuksesan fenomenal yang dicapai olehnya tidak hanya berarti bagi karier Lilis Suryani saja, tetapi juga bagi orkes Pantja Nada! Karena ternyata album itu adalah satu-satunya Signature Album mereka yang masih dikenal dan dikenang di tanah air hingga sekarang.

Semua lagu di dalam album itu terbukti bisa menembusi waktu, terutama lagu-lagu iconic ciptaan Titiek Puspa yang selalu dikenang identik dengan Lilis sepanjang masa: Gang Kelintji dan Hari Ulang Tahun. (Lihat artikel: Gang Kelintji – Signature Album’ yang Ketiga)

Sebagai seorang gitaris tersohor yang juga diakui termahir di Indonesia saat itu, Enteng Tanamal pernah mendirikan sebuah band bernama The Comets sebelum menggabungkan dirinya dengan orkes Eka Sapta sebagai bassis grup itu pada saat ketenaran mereka sudah mulai memudar. Setelah mengundurkan diri dari sana ia membentuk band Pantja Nada.

Orkes baru itu selalu diasosiasikan dengan grup duet Pattie Bersaudara, karena banyaknya album yang mereka rekam bersama, di antaranya: ‘Paradiso’ 1 (EP) 2, ‘Hohate’ 1, ‘Soul’, ‘Menanti Surat Balasan’ dan ‘Tjinta Pertama’. Album-album itu menghasilkan hits seperti: Paradiso, Dondong Opo Salak, Hohate, Pitik Tjilik, Bala dan lain sebagainya. Kebanyakan dari lagu-lagu mereka adalah cover version lagu-lagu lama, (terjemahan) lagu-lagu barat (Inggris dan Belanda) atau lagu-lagu daerah, terutama yang berasal dari kepulauan Maluku, tempat asal mereka dilahirkan.

Pattie Bersaudara dan orkes Pantja Nada juga merekam sebuah album bersama Bob Tutupoly di tahun 1967: ‘Christmas Day is Coming’, sebuah album yang berisi lagu-lagu tradisi Natal dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Album itu menjadi cukup berhasil berkat dukungan radio-radio amatir yang pada waktu itu sedang trendy sekali di sana, tumbuh di mana-mana di seluruh Nusantara, laksana jamur-jamur liar di musim hujan. (Lihat artikel: Kau Selalu Dihatiku (2) – Memuncak di Teluk Bayur)

Sebelum membentuk orkes yang ternama itu, Enteng Tanamal pernah merekam sebuah album mini (EP): ‘Hudjan Gerimis’ 1, bukan hanya sebagai seorang gitaris saja, tetapi juga sebagai penyanyi! Album itu berisi empat lagu: Oh Dara, Hudjan Gerimis, Bila Hatiku Menjanji dan Selamat Tinggal yang direkam di bawah label Irama Records, bersama orkes Pamor yang dipimpin oleh Fred Firmansjah.

Didesas-desuskan oleh pers, bahwa kendatipun bersama, Lilis Suryani dan orkes Pantja Nada berhasil menciptakan sebuah album klasik tersukses di Indonesia dasawarsa itu, tetapi oleh karena ‘perbedaan pendapat’ yang tentu disebabkan oleh karena ego masing-masing, sampai akhir hayatnya, Lilis Suryani tidak pernah bekerja sama lagi dengan Enteng Tanamal dan orkesnya. ‘Gang Kelintji’ adalah satu-satunya album hasil karya mereka berdua!

Enteng Tanamal, yang lahir pada tanggal 9 Oktober 1943, menikah dengan aktris/penyanyi Tanti Josepha dan dikaruniai dua orang putri, Joan dan Vitae Tanamal.

Saat ini Enteng Tanamal aktif bekerja di PAPPRI (Persatuan Artis Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia) dan YKCI (Yayasan Karya Cipta Indonesia).

Nathan Mintaraga
Mei 2013

Catatan:

1 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment