Sunday, September 2, 2012

04 Eka Sapta

EKA SAPTA
SATU TERULUNG TUJUH TERMAHIR
Oleh: Nathan Mintaraga

Ketenaran Lilis Suryani di Indonesia menjadi makin semarak ketika ia, sebagai bintang yang paling cemerlang di masa itu, bekerja sama dengan grup legendaris Eka Sapta, sebuah orkes yang mempunyai anggota-anggota pemusik selebriti seperti: Bing Slamet, Idris Sardi, Ireng Maulana, Itje Kumaunang, Darmono, Benny Mustapha dan Kamid, tujuh pemusik yang pada waktu itu juga diakui paling unggul di Indonesia.

Di bawah label Bali Record yang masih berada di bawah naungan Remaco, mereka merekam dua album mini (EP) 1 klasik dengan lagu-lagu yang terbukti sampai sekarang mampu menembusi waktu. Album pertama yang berjudul ‘Permata Bunda’ memperkenalkan empat lagu tak terlupakan, di mana tiga di antaranya adalah lagu-lagu gubahannya sendiri: Untuk Dikau, Permata Bunda, Pileuleujan (ciptaan Muslihat) dan Sabar Menanti.

Sedangkan di dalam EP yang kedua: ‘Sukiyaki’, untuk pertama kalinya, sekalipun dengan pelafalan yang patut dipertanyakan, Lilis menyenandungkan sebuah lagu berbahasa Jepang yang sedang ‘ngetop sekali di seluruh dunia: Sukiyaki.

Kendatipun direkam dalam bahasa asing, lagunya yang diiringi oleh orkes Eka Sapta itu sangat didukung oleh para penyiar radio (RRI) di acara-acara mereka yang biasanya hanya bersedia mengumandangkan lagu-lagu berbahasa nasional saja. Diselipkan di antara lagu-lagu lainnya, bahkan terjemahan lagu yang sama yang dinyanyikan oleh Karsono Bersaudara (Gadis Sukiyaki), lagu Jepang versi Lilis tersebut terus menguasai gelombang-gelombang radio di udara tanah air.

Kyu Sakamoto, penyanyi lagu aslinya, adalah artis Nippon pertama era itu yang berhasil mendobrak pasaran musik populer internasional dari negaranya dengan sebuah lagu yang tidak dinyanyikan dalam bahasa Inggris. Sesuai catatan sejarah musik populer dunia, sampai saat ini Sukiyaki adalah satu-satunya lagu dalam bahasa Jepang yang berhasil meraih puncak tertinggi (No 1) tangga lagu-lagu di Amerika Serikat (Billboard Hot 100). Terjadi di bulan Juni 1963!

Di sisi balik EP Lilis tersebut, terdapat sebuah lagu melancholy yang menjadi cukup terkenal gara-gara judulnya. Diduga disebabkan oleh karena keteledoran printer yang mencetak label dan sampul piringan hitamnya, judul lagu yang tercetak di situ sebenarnya bukan Zakaria, karena itu adalah nama penggubahnya. Tetapi gara-gara kesalahan yang sudah terlanjur terjadi, judul lagu itulah yang akhirnya dikenal orang sampai sekarang, Zakaria (Ciptaan Zakaria).

Semua lagu hasil rekaman Lilis, terutama lagu-lagu dari kedua album mini tersebut selalu terdengar dikumandangkan di mana-mana, dari rumah-rumah gedung sampai lorong-lorong kampung, terutama di daerah-daerah pertokoan, membuat namanya semakin dikenal umum.

Harus diakui, pada masa itu Lilis Suryani adalah artis yang paling disayangi, dikagumi dan dicari karya musiknya oleh masyarakat. Hampir semua lagunya, jauh melebihi karya musik artis-artis lainnya, adalah lagu-lagu yang paling sering disiarkan oleh radio-radio nasional (RRI), terutama di acara-acara ‘permintaan lagu’ yang memang sedang trendy sekali di tanah air sepanjang dasawarsa tersebut.

Setiap kali album-albumnya yang baru saja dirilis di pasaran musik populer Indonesia, apapun juga lagunya, tak terkecualikan, dijamin pasti akan menerima perhatian khusus dari para penyiar radio setempat, sebab mereka tahu lagu-lagu Lilis bisa membuat acara-acara mereka menjadi jauh lebih populer lagi!

Oleh karena itu berbagai band/orkes berlomba-lomba ingin ‘membonceng’ ketenarannya dengan mengiringi dia masuk studio rekaman. Tidak jarang dalam waktu yang bersamaan ia merekam di bawah berbagai labels beberapa album yang diiringi oleh orkes-orkes yang berlainan. (Lihat artikel: Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata – Mendominasi Pasaran Musik Pop)

Tidaklah mengherankan, album mini (EP) seperti ‘Kisah Remadja’, bersama orkes Kuantamer (Remaco) yang memperkenalkan lagu-lagu amat populer saat itu seperti: Gelisah, Mendjemput, Semalam dan Kepesta, serta album ‘Herlina’ 2 yang diiringi oleh orkes Seni Maya (Irama Records), diterbitkan di pasaran musik Indonesia hampir berbarengan dengan album-album klasiknya: ‘Permata Bunda’ dan ‘Sukiyaki’, yang direkam bersama band Eka Sapta (Bali Records).

Dan seperti biasa, semuanya tak terkecualikan, langsung menjadi hit-hit yang tak terlupakan hingga sekarang!

Nathan Mintaraga
September 2012

Catatan:

1 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

2 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment