Tuesday, September 3, 2013

22.1 Kau Selalu di Hatiku (1)

KAU SELALU DI HATIKU (1)
DIAWALI ‘LA NOVIA’ 
Oleh: Nathan Mintaraga

Dari tahun 1966 sampai pertengahan tahun 1967 Tetty Kadi adalah artis yang paling populer di Indonesia. Selama itu ia menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan. Ketika baru saja dirilis, semua lagu dari album perdananya, ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco), terutama Teringat Selalu dan Pulau Seribu, menjadi lagu-lagu yang menguasai acara radio-radio (RRI) dan tangga lagu-lagu nasional. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)

Disebabkan oleh karena itu, semenjak akhir tahun 1966, Lilis Suryani yang juga baru saja mengalami kesuksesan fenomenal dengan albumnya ‘Gang Kelintji’ 1 (Remaco), terpaksa harus menyerahkan kedudukannya di ‘atas’, yang berhasil dipertahankan olehnya selama empat tahun, kepada artis remaja itu.


Dan seperti Lilis Suryani setahun sebelumnya, kedudukan Tetty Kadi awal pertengahan tahun 1967 juga terkesan kokoh dan tak tergoyahkan! Seolah-olah kemasyhuran namanya saat itu, dan juga lagu-lagunya, memberi jaminan bahwa ia pasti aman (secure), bebas dari ancaman desakan artis-artis yang lain!

Tetapi kesan itu ternyata berubah dalam waktu sekejab ketika seorang penyanyi remaja bernama Ernie Djohan yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik populer Indonesia, merilis album (LP) 2: ‘Kau Selalu Dihatiku’ 1, pertengahan tahun 1967 di bawah label Remaco.

Pada waktu Lilis Suryani sedang menikmati masa kejayaannya yang fenomenal, Ernie Djohan juga sudah merilis beberapa album yang semuanya kurang mengesankan. Salah satu di antaranya adalah album kompilasi (LP) ‘Burung Gelatik’ (Mesra), diiringi oleh band Medenasz di bawah pimpinan Dimas Wahab. Lagu yang dipakai sebagai judul album tersebut adalah lagu yang dibawakan oleh Ernie, sebuah lagu anak-anak terjemahan bahasa Belanda. Sayang sekali, semua lagu di dalam album itu mudah dilupakan.

Tetapi pada tahun 1965 ketika Ernie Djohan merilis album (LP) ‘La Novia’ (Remaco) bersama Kwintet Mus Mustafa, namanya mulai dikenal masyarakat secara nasional. Sekalipun lagu-lagunya diacuhkan oleh radio-radio (RRI) setempat, album yang mengandung delapan lagu yang juga hampir semuanya kurang mengesankan itu ternyata menjadi cukup berhasil secara komersiil, gara-gara lagu yang menjadi judul albumnya, La Novia.

Sudah sedari awal, lagu berbahasa Italia tersebut sangat terkenal secara lokal di negara asalnya, dibawakan oleh penyanyi kawakan, Antonio Prieto (1961). Tetapi setelah syairnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan makna yang persis sekali, lalu dirilis secara internasional dengan judul The Wedding, lagu itu menjadi termasyhur sekali di dunia, terutama melalui versi yang dibawakan oleh penyanyi Inggris, Julie Rogers (1964).

Gara-gara album rilisan Remaco tersebut, di Indonesia lagu itu selalu diasosiasikan dengan Ernie Djohan. Kendatipun bukan menjadi masalah bagi para penggemarnya yang tidak mengerti bahasa Italia, jelas keotentikan pelafalan dan aksen Ernie patut dipertanyakan. Demikian juga kemampuannya untuk mengerti makna lagu yang ia nyanyikan itu.

Syair lagu di dalam bahasa aslinya yang mengisahkan keindahan upacara hari pernikahan dua insan diakhiri olehnya dengan sebait syair tambahan dalam bahasa Indonesia mengenai seorang pahlawan yang gugur di medan bakti. Diperkirakan hal itu disebabkan oleh karena trend yang memang sedang berlangsung di dunia musik pop di mana para artis berlomba-lomba menyanyikan lagu-lagu dengan syair yang mengobarkan semangat heroisme bangsa. Pada waktu itu lagu ciptaan Lilis Suryani, Kau Pembela Nusa dan Bangsa, dari album ‘Tjing Tulungan’ 1 sedang ‘ngetop sekali di Indonesia. (Lihat artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme)

Oleh karena itu, sebab ingin kelihatan trendy, syair yang ‘nyeleneh’ itu ditambahkan begitu saja, membuat makna (pengertian) lagu itu secara keseluruhan terdengar aneh sekali! Tetapi meskipun demikian, album (lagu) berjudul La Novia tersebut ternyata menjadi katalisator titik tolak perubahan drastis nasib baik Ernie Djohan yang mendatang.

Karena seperti yang baru dialami oleh Tetty Kadi tahun 1966, di tahun berikutnya dengan bantuan Zaenal Arifin dan orkesnya, Zaenal Combo, Ernie Djohan juga berhasil mendobrak ‘tembok’ penghalang yang sudah bertahun-tahun lamanya membatasi kesuksesan kariernya!

Album ‘Kau Selalu Dihatiku’ hasil kerja samanya dengan orkes legendaris itu, langsung mengorbitkan namanya setinggi nama bintang-bintang cemerlang lainnya yang pada waktu itu sudah menjadi pujaan masyarakat. Bahkan lebih lagi! Oleh karena keahlian Zaenal Combo dalam menciptakan irama-irama yang khas dan unik sekali untuk mengiringi lagu-lagu barunya, secara instan Ernie Djohan mengalami kesuksesan luar biasa yang belum pernah dialami oleh bintang-bintang lain selain Lilis Suryani dan Tetty Kadi.

Suaranya memang khusus dan distinktif sekali: merdu, lantang dan berbeda dengan biduanita-biduanita terkenal lainnya yang berasal dari era itu. Tetapi pengaruh dari beberapa penyanyi barat seperti: Brenda Lee (I’m Sorry), Sandy Posey (Single Girl) serta idolanya, Lulu (To Sir with Love), bisa terdengar jelas sekali melalui alunan-alunan suaranya yang kekanak-kanakan, lincah dan terkesan manja itu.

Dan seperti yang telah terjadi pada album perdana Tetty Kadi, semua lagu yang berasal dari album ‘Kau Selalu Dihatiku’, tak terkecualikan, juga menjadi hits yang menguasai siaran-siaran radio (RRI) di seluruh Nusantara. Kali ini melalui album yang sekarang diakui sebagai salah satu dari album-album klasik era itu, Ernie Djohan benar-benar berhasil meraih puncak karier musiknya yang sudah lama diidam-idamkan olehnya!

Seketika itu juga ia mengambil alih kedudukan Tetty Kadi di ‘atas’, dan dinyatakan sebagai artis yang paling digemari sepanjang tahun 1967! Semenjak saat itu mau tak mau Tetty Kadi harus merasa puas sebagai runner up-nya. Dan sebagai akibatnya, Lilis Suryani juga harus menerima kenyataan, bahwa ia harus turun satu tingkat lagi, menjadi artis ketiga yang paling digemari tahun itu.

(To be continued)

Nathan Mintaraga
September 2013

Catatan:

1 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

2 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment