Wednesday, October 2, 2013

23 Lilis T’lah Berdua

LILIS T’LAH BERDUA
‘MEMIMPIN’ EMPAT NADA
Oleh: Nathan Mintaraga

Album (LP)1 ‘Ku Telah Berdua’ dirilis tidak lama setelah Lilis Suryani dan M Junus Ja’far secara diam-diam menikah di kota Jakarta, di mana dikabarkan bahwa upacaranya hanya dihadiri oleh anggota-anggota keluarga terdekat saja. Selain itu juga dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia (digosipkan), bahwa mereka terpaksa harus memajukan tanggal hari perkawinan mereka untuk ‘mengejar’ waktu!

Empat dari kelima lagu ciptaan Lilis di dalam album yang diproduksi oleh Remaco itu melukiskan terminal terakhir kisah perjalanan mereka sebagai sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta. Memang melalui beberapa lagu di dalam album-album sebelumnya, ‘Pemburu’ (1966) dan ‘LS’ (1967), Lilis sudah membagikan dengan sukarela ‘autobiography’ mereka kepada umum, dari kisah pertemuan pertama mereka sampai perkembangan masa pacarannya, melalui lagu-lagu termasyhur: Udjung Pandang, Kisah Tjinta, Kau Tetap Kumiliki dan Tjurahan Hati. (Lihat artikel-artikel: Ujung PandangMemburu si Baju Loreng dan LS – Mencurahkan Isi Hati)

Dua lagu ciptaannya dari album ‘Ku Telah Berdua’: Kasih dan Tjinta, yang diilhami oleh lagu barat termasyhur: As Tears Go By (The Rolling Stones), dan Minggu Lalu, menyambung kisah perjalanan ‘hidup’ mereka yang diakhiri dengan pengikraran komitmen mereka di hadapan umum sebagai sepasang suami-istri melalui lagu Ku Telah Berdua, juga sebuah lagu hasil ciptaan Lilis Suryani sendiri.

Sedangkan lagu gubahannya yang bersifat kekanak-kanakan, Rumahku, menceriterakan keadaan rumah di Jalan Duri Pulau, tempat kediaman mereka setelah menikah. Tampak nyata sekali, bahwa melalui lagu itu Lilis ingin mengulangi kesuksesan fenomenal yang telah dicapai oleh lagu jenaka Gang Kelintji ciptaan Titiek Puspa hampir dua tahun sebelumnya.

Tetapi kenyataannya, kualitas kedua lagu itu tidak bisa disetarakan, baik dari segi melodi, irama, syair, maupun keunikan musik yang mengiringinya. Lagu Rumahku terkesan silly sekali, terutama isi syairnya yang tidak berbobot (bermutu)! Rangkaian kata-katanya terdengar sangat dipaksakan, tidak bermakna, seolah-olah digubah secara kilat hanya dengan satu tujuan saja, yaitu untuk menangkap sekali lagi ‘semangat’ yang pernah tercipta untuk Lilis kala menyenandungkan lagu iconic tersebut (Gang Kelintji). Sayang sekali, hasrat itu ternyata tidak berhasil sama sekali!

Tetapi bukan itu saja kegagalannya! Jika album ‘Ku Telah Berdua’ dipelajari dengan lebih cermat lagi, sebenarnya hampir seluruh isi piringan hitam tersebut diciptakan dengan tujuan untuk meniru isi album ‘abadi’-nya, ‘Gang Kelintji’ 2.

Kesuksesan luar biasa lagu Pantun Djenaka juga ingin diulangi olehnya sekali lagi dengan merekam lagu-lagu lawas: Lenggang Kangkung dan Seringgit Dua Kupang. Untuk itu Lilis sendiri menulis sajak-sajak baru dengan ‘meminjam’ tema-tema orisinil yang sudah dipergunakan oleh M Sani ketika menciptakan sajak lagu Pantun Djenaka. Seperti kesan ‘buruk’ pertama yang diberikan oleh lagu Rumahku, pantun-pantun yang ditulis oleh Lilis untuk kedua lagu tersebut juga terdengar silly dan tidak lucu.

Kalau Pantun Djenaka selalu terkesan riang, menyenangkan dan yang terpenting, tidak membosankan sekalipun didengarkan berulang-ulang kali, Lenggang Kangkung dan Seringgit Dua Kupang memberi kesan kebalikannya.

Kendatipun akhirnya menjadi album yang cukup terkenal di era itu, di tengah-tengah ketenaran album-album baru Ernie Djohan dan Tetty Kadi, tampak nyata sekali album ‘Ku Telah Berdua’ diproduksi oleh Lilis dan Remaco secara asal-asalan saja, tanpa dipertimbangkan atau direncanakan masak-masak terlebih dahulu. Seolah-olah karena tergesa ingin merilis secepatnya, tiga lagu lama (covers): Lenggang Kangkung dan Seringgit Dua Kupang yang sudah dibahas di atas, serta Tirtonadi ditambahkan begitu saja di situ untuk melengkapi kedelapan lagu yang diperlukan untuk merekam LP itu.

Ternyata akhirnya dari ketiga covers tersebut, Tirtonadi-lah yang paling terkenal. Disertai aransemen musik yang baru dan modern, lagu lama yang sudah termasyhur di Indonesia semenjak tahun 50-an itu menjadi hit pertama Lilis yang berasal dari album tersebut. Penciptanya, Gesang Martohartono, adalah seorang penyanyi/penggubah lagu-lagu keroncong tradisional yang juga dikenal di dunia musik internasional sebagai pencipta lagu ‘abadi’ Bengawan Solo (1940), yang akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa asing, seperti Jepang, Cina, Belanda dan lain sebagainya.

Bersama lagu-lagu Kasih dan Tjinta, Minggu Lalu, Hantu (juga ciptaan Lilis Suryani) dan lagu-lagu lainnya yang baru dibahas di atas, album ‘Ku Telah Berdua’ hanya mampu meraih kepopuleran yang sederhana saja tahun itu, meskipun sudah didukung oleh RRI dan radio-radio amatir setempat.

Kendatipun demikian suatu hal yang membuat album ‘Ku Telah Berdua’ cukup berbeda dibandingkan dengan album-album Lilis sebelumnya adalah nama band yang mengiringinya. Untuk pertama kalinya dinyatakan melalui sampul piringan hitamnya, bahwa Lilis merekam lagu-lagu album itu diiringi oleh band yang dipimpin olehnya sendiri, Orkes Lilis Surjani.

Tetapi apabila diperhatikan dari gaya permainan musiknya, para penggemar musik pop di Indonesia bisa mendengar bahwa itu sebenarnya adalah band Empat Nada, sebuah band yang dipimpin oleh Jadin dan A Riyanto (sepupu Tetty Kadi), yang saat itu memang sedang naik daun sekali, menjadi salah satu orkes terpenting era itu, menyaingi band-band lainnya yang sudah mempunyai nama, seperti: Zaenal Combo, Pantja Nada, Buana Suara, Arulan dan lain sebagainya. (Lihat artikel: Empat Nada – Melengkapi Dekade ke-60)

Masyarakat (terutama pers) mempertanyakan ‘kerelaan’ mereka mengganti nama hanya untuk merekam album itu. Diperkirakan bahwa mereka menyetujuinya atas anjuran Remaco untuk menyaingi Titiek Puspa, artis yang berada di bawah naungan Irama Records, yang pada waktu itu sudah termasyhur di Indonesia sebagai satu-satunya biduanita yang memimpin orkesnya sendiri, Puspa Sari!

Ternyata album ‘Ku Telah Berdua’ adalah satu-satunya album Lilis Suryani yang direkam diiringi oleh sebuah band yang di-‘pimpin’ olehnya sendiri.

Akhirnya pada awal pertengahan pertama dasawarsa ke-70 Lilis Suryani benar-benar berhasil membentuk dan memimpin sebuah grup band wanita yang disebut: The Females. Mereka merilis satu-satunya album yang berjudul ‘Oh Mama’. Sayang sekali, tidak ada satu pun dari lagu-lagunya yang mampu meninggalkan kesan di dalam hati para penggemar Lilis Suryani.

Nathan Mintaraga
Oktober 2013

Catatan:

1 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

2 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment