Saturday, March 15, 2014

30.2 (OM) Pantjaran Muda (2)

(OM) PANTJARAN MUDA (2)
GADIS SAKURA 
Oleh: Nathan Mintaraga

Awal tahun 1971, kembali diiringi oleh Orkes Melayu (OM) Pantjaran Muda di bawah pimpinan Zakarya, Lilis Suryani merilis album (LP) 1 ‘khusus’ dangdut yang kedua, ‘Gadis Sakura’. Kesuksesan album sebelumnya, ‘Wadjah Menggoda’ (1970), yang menghasilkan dua hits sangat besar: Tamasja ke Tawang Mangu dan Keinsjafan, mendorong mereka untuk masuk dapur rekaman studio Remaco sekali lagi.

Sebenarnya Lilis sudah lama sekali mengenal Zakarya, bahkan pernah bekerja sama dengannya. Tahun 1963/1964 ketika ia sedang menikmati masa keemasan karier musiknya sebagai artis piringan hitam nomor satu di Indonesia (1963-1966), Lilis bertemu untuk pertama kalinya dengan musisi tersebut, yang juga dikenal di dunia musik saat itu sebagai seorang penyanyi serta penggubah lagu-lagu pop nasional.

Ketika itu Zakarya, yang masih dikenal sebagai Zakaria, terlibat sebagai salah satu musisi yang kadang-kadang, jika diperlukan, ikut mendukung orkes legendaris Eka Sapta, dan juga orkes Idris Sardi, masuk studio rekaman. Selain itu kadang-kadang ia juga mengkontribusikan beberapa lagu ciptaannya untuk direkam oleh artis-artis yang mereka iringi. Tak terkecualikan, … Lilis Suryani!

Dua lagu hasil karya Zakarya yang paling terkenal yang disenandungkan oleh Lilis Suryani pada waktu itu adalah Zakaria dan Luciana. Zakaria, dari album mini (EP) 2 ‘Sukiyaki’ (Bali Record) yang dicetak di sisi balik lagu Nippon termasyhur di dunia, Sukiyaki, yang di-cover oleh Lilis dalam bahasa aslinya. Melalui EP tersebut, untuk pertama kalinya, Lilis merilis sebuah lagu dalam bahasa asing. Kedua lagu itu, terutama Sukiyaki, menjadi sangat termasyhur di tanah air ketika dirilis tahun 1964. (Lihat artikel: Eka Sapta – Satu Terulung Tujuh Termahir)

Sedangkan Luciana adalah salah satu hit terbesar dari banyak sekali lagu-lagu termasyhur (hits) yang keluar dari album (LP) luar biasa, ‘Antosan’, juga hasil produksi Bali Record. Album yang diluncurkan tahun 1964 tersebut mengeluarkan lagu-lagu ‘evergreen’ (abadi) seperti: Risau, Teungteuingeun, Antosan, Tjau Ambon, Naha, Hilda, Sansaro, Dimana Kau Kasih, Badju Baru, Keluhanku dan Adikku Sajang. (Lihat artikel: Antosan – ‘Signature Album’ yang Pertama)

Tetapi meskipun album ‘Gadis Sakura’ sangat berhasil saat diluncurkan, piringan hitam hasil kerja sama Lilis Suryani dengan OM Pantjaran Muda yang kedua itu tidak mampu meraih kesuksesan sebesar album sebelumnya, ‘Wadjah Menggoda’.

Kecuali Gadis Sakura, lagu hasil ciptaan Zakarya dan A Riyanto, hampir semua lagu yang ada di dalam album tersebut terkesan biasa-biasa saja, bahkan mudah dilupakan. Seperti lagu-lagu: Djangan Tjemburu (Iin Sumantri), Berilah (Awab Harris), Ingin Seperti Bulan dan Bintang (Zakarya), Rindu Kasih (Iin Sumantri), Rindukan Bulan (Iin Sumantri), Berkorban (Abdullah Khan), Menanti (Janwar), Hari Bahagia (Iin Sumantri), Suka Duka (Zakarya), Djangan Tanja (Zakarya) dan Hanya Kenangan (Iin Sumantri).

Bagaikan melodi lagu dangdut Keinsjafan yang terdengar mirip sekali dengan alunan lagu pop Air Mata, Gadis Sakura juga memperlihatkan banyak unsur yang serupa dengan lagu termasyhur yang dirilis oleh Lilis setahun sebelumnya hasil gubahan Zakarya, Tamasja ke Tawang Mangu. Oleh karena kedua lagu tersebut sangat didominasi oleh ciri-ciri khas nada dan irama lagu-lagu oriental.

Dan seperti yang terjadi pada kedua lagu yang dibahas sebelumnya, ternyata taraf kesuksesan lagu Gadis Sakura pada waktu itu juga tidak bisa memadai kesuksesan masal yang berhasil diraih oleh lagu Tamasja ke Tawang Mangu, hampir setahun sebelumnya!

Tetapi kendatipun demikian, kenyataan yang tidak bisa disangkal adalah – melalui produksi kedua piringan hitam tersebut, dengan sukses sekali Lilis berhasil ‘menyeberangkan’ irama-irama lagu Pop-Melayu di Indonesia dari ‘dunia’ dangdut, yang mempunyai jumlah peminat sangat terbatas, ke ‘dunia’ musik pop arus utama yang mempunyai arena penggemar jauh lebih luas!

Inisiatif Lilis tersebut akhirnya terbukti dijadikan teladan oleh banyak artis lainnya yang sudah mempunyai nama di dunia musik arus utama nasional. Karena semenjak awal dekade ke-70, pada saat kebanyakan artis pop masih tetap terpengaruh Ernie Djohan menyanyikan lagu-lagu barat, gara-gara gagasannya, menjadi tidak merasa ‘malu’ (ragu-ragu) lagi untuk ikut merekam album-album berirama Pop-Melayu semacam itu.

Bahkan irama tersebut akhirnya menjadi trendy sekali di Indonesia sepanjang dekade itu! Rekor mencatat, ... semua itu bisa terjadi gara-gara Lilis Suryani merekam lagu (dangdutnya) yang pertama tahun 1965, Tidurlah, yang disisipkan olehnya diantara lagu-lagu pop di dalam album (LP) iconic-nya: ‘…. Ia Tetap Diatas !!’. (Lihat artikel: Tidurlah – Mengeksperimen Dangdut)

Nathan Mintaraga
April 2014

Catatan:

1 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment