Friday, August 2, 2013

20 LS

LS
MENCURAHKAN ISI HATI
Oleh: Nathan Mintaraga

Awal tahun 1967, saat lagu-lagu dari album ‘Pemburu’ masih menduduki tangga lagu-lagu nasional, Lilis Suryani merilis album berikutnya diiringi oleh orkes Arulan di bawah pimpinan Jarzuk Arifin.

Sebagai orkes yang awalnya dikenal di Indonesia sebagai orkes ‘Melayu’, pertengahan dekade itu Arulan mengubah ‘aliran’ mereka dari dangdut ke arus utama dunia musik populer, di mana mereka mengiringi banyak artis terkenal merekam album-album pop/semi pop. Orkes itu pernah bekerja sama dengan penyanyi-penyanyi seperti Bing Slamet, Norma Sanger, Diah Iskandar, Alfian, Ernie Djohan dan lain sebagainya.

Pertemuan Lilis dengan orkes Arulan terjadi di studio Remaco, ketika mereka bersama beberapa artis dan orkes lainnya mengambil bagian di dalam pelaksanaan sebuah proyek album kompilasi: ‘Aneka 12’. Berikut kesuksesan fenomenal orkes Zaenal Combo dengan album-album kompilasi mereka: ‘Sendja di Kaimana’ (1965) dan ‘Sebiduk di Sungai Musi’ (1966), Remaco memprakarsai album ‘Aneka 12’, yang gara-gara kepopulerannya dijadikan album berseri, dirilis hampir setiap tahun dua kali sepanjang pertengahan akhir dasawarsa itu.

Di samping artis-artis tersebut di atas, Pattie Bersaudara, Upit Sarimanah, Tuty Subardjo, Onny Surjono, Elly Kasim, Tjitjiek Soewarno, Tuty Thaher, Djoko Susilo, Tetty Kadi, Anna Mathovani, Ida Royani, Muchsin dan lain sebagainya juga pernah ikut mengambil bagian di dalam proyek itu. Demikian juga band-band ternama seperti Pantja Nada, Empat Nada, Buana Suara 69 dan lain-lainnya.

Beberapa lagu Lilis Suryani yang menjadi cukup terkenal saat dirilis melalui album berseri itu adalah Pergi Berdjuang bersama orkes Zaenal Combo (‘Aneka 12’ Edisi Istimewa) dan Bunga Melati yang diiringi oleh orkes Empat Nada (‘Aneka 12’ vol 4).

Gara-gara pertemuan mereka tersebut, Lilis Suryani dan orkes Arulan bekerja sama untuk pertama kalinya, merekam album (LP) 1 berjudul ‘LS’. Bertentangan dengan kebiasaan yang selama itu selalu terjadi, album tersebut adalah album Lilis pertama yang berisi lagu-lagu ciptaan Muslihat (Mus K Wirya) yang tidak menjadi hits. Sedjenak dan Kusegera Pulang sama sekali tidak dikenal masyarakat. Sedangkan lagu berbahasa Sunda, Samar Polah, diacuhkan oleh radio-radio nasional (RRI). Karena kenyataannya, ketiga lagu itu memang mudah sekali dilupakan.

Tetapi sebuah lagu Melayu kuno, Dajung Palenggam ciptaan A Karim Nun, adalah lagu pertama dari album tersebut yang saat baru diluncurkan langsung menjadi hit. Sekarang lagu itu dikenal sebagai Dayung Palembang, gara-gara kekeliruan ejaan pada waktu sampul albumnya, ‘Golden Hits Memory’, dicetak. Album terakhir Lilis Suryani tersebut yang mengandung kumpulan 28 lagu kenangan yang paling termasyhur hasil rekaman studio Remaco dari tahun 1965 sampai 1971 adalah satu-satunya album Lilis yang lagu-lagunya disempurnakan secara digital (Digitally Remastered) oleh BP Disc (Remaco) pada tahun 2004. (Lagu-lagu ‘Golden Hits Memory’ dalam bentuk mp3 bisa diunduh di sini)

Ketika baru saja dirilis di Indonesia, lagu Dajung Palenggam menjadi ikut termasyhur di ‘negara-negara tetangga’ (Singapura, Malaysia dan Brunei). Lagu itulah yang mengawali peluncuran album-album Lilis Suryani di sana. Album ‘LS’ diproduksi lagi oleh Gold Crown, dan didistribusikan di negara-negara tersebut dengan judul dan gambar sampul yang sama, tetapi sebagai dua album mini (EPs) 2.

Tidak lama sesudah itu lagu-lagu dari album ‘Gang Kelintji’ 3 juga diluncurkan di sana sebagai dua EPs. Yang pertama di bawah label Bintang Record, berisi lagu-lagu: Pantun Djenaka, Gang Kelintji, Hari Ulang Tahun dan Kisah Ali Baba. Sedangkan yang kedua dirilis oleh Chap Bunga records dengan lagu-lagu: Tandak Sambas, Asmara, Gelombang Alun dan Terbang Lalat, ditambah bonus lagu: Pergi Perdjoang (Pergi Berdjuang) yang diambil dari album seri ‘Aneka 12’.

Memang nama Lilis Suryani sudah sangat dikenal di negara-negara itu semenjak lagu Tiga Malam menjadi favorit penduduk mereka. (Lihat artikel: Tiga Malam – Termasyhur di Kemah Musuh) Tetapi lagu-lagu Dajung Palenggam, dan juga Jale Jale-lah, yang akhirnya membuat namanya benar-benar termasyhur sekali di sana semenjak pertengahan dekade ke-60. (Lihat artikel: Yale Yale – Menembus Pasaran Tetangga)

Dari album ‘LS’, selain lagu Dajung Palenggam, sebuah lagu dengan melodi yang didominasi oleh paduan nada-nada minor berjudul Dusunku (ciptaan: Sumiarti), menjadi lagu kedua yang cukup sukses yang berasal dari album tersebut. Ketika itu lagu-lagu dengan tema serupa memang sedang melanda dunia musik nasional. Tetty Kadi mengawalinya tahun 1966 dengan lagu Alam Desa dari albumnya ‘Pulau Seribu’ 3. Lalu setelah Lilis, beberapa artis lainnya juga mengikuti trend itu pada tahun-tahun berikutnya. Tetapi dari semua, yang paling menonjol adalah Ernie Djohan dengan lagu Panggilan Desa dari album ‘Teluk Bajur’ (1968) dan Titiek Sandhora dengan lagu Merantau dari album ‘Si Djago Mogok’ (1970).

Dari hanya beberapa lagu saja yang bisa menjadi hits, termasuk Ratapan Sang Baji gubahan Lilis sendiri, sebuah lagu dengan melodi dan syair sangat menyayat hati berjudul Tjurahan Hati menjadi lagu yang paling termasyhur yang berasal dari album ‘LS’. Juga hasil ciptaannya sendiri, lagu itu mengekspresikan rasa jenuhnya terhadap berita gosip seputar dirinya dan diri kekasihnya, M Junus Ja’far, yang disebar-luaskan oleh pers untuk mendiskreditkan nama mereka.

Album ‘LS’ mengawali ‘kegersangan hits’ beberapa album solo Lilis yang berikutnya. Kesuksesan fenomenal yang selalu dialami olehnya semenjak merilis album mini (EP) ‘Tjai Kopi’ 3 sampai album ‘Gang Kelintji’, di mana hampir semua lagu dari setiap albumnya selalu menguasai acara-acara radio (RRI) dan tangga lagu-lagu nasional, tampaknya mulai berlalu.

Selain itu sebagai artis ‘kedua’ yang paling populer di Indonesia setelah Tetty Kadi, kedudukannya yang baru itu pun sudah mulai terancam lagi! Kali ini disebabkan oleh karena seorang penyanyi remaja yang telah cukup lama tanpa keberhasilan berkecimpung di dunia musik nasional. Seperti yang dialami oleh Tetty Kadi setahun sebelumnya, dengan bantuan Zaenal Arifin dan orkesnya, Zaenal Combo, akhirnya biduanita muda tersebut berhasil mendobrak tembok yang menjadi penghalang kesuksesannya selama itu!

Nathan Mintaraga
Agustus 2013

Catatan:

1 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)

2 EP (Extended Play) adalah album mini PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat maksimum empat lagu. Diputar dengan kecepatan 45 RPM (Remixes Per Minute). Populer sekali di era itu sampai kurang lebih akhir dasawarsa ke-60

3 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Download lagu-lagu:
(Syair lagu-lagu Lilis Suryani menurut urutan alfabet bisa ditemukan di sini)

No comments:

Post a Comment