BERITA VS GOSIP
Oleh: Nathan Mintaraga
Sedari awal kariernya yang langsung
melejit secara luar biasa tahun 1963, Lilis
Suryani memang sudah dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia. Pertama-tama oleh karena hampir semua lagu yang dirilis olehnya
terus merajai gelombang-gelombang udara di sana. Pers
menyadari, kemasyhuran nama Lilis menjamin kehausan rasa ingin tahu masyarakat
tentang artis yang sedang naik daun tersebut. Untuk itu mereka bersedia
menyampaikan berita apa pun saja mengenai dia kepada para penggemarnya,
sekalipun bahan yang ‘harus’
diperbincangkan sering kali sudah tidak ada lagi!
Seperti yang sudah dibahas di artikel
sebelumnya, Antosan – ‘Signature Album’ yang Pertama, gara-gara dua lagu kontroversialnya: Risau dan Hilda,
karena terus dijadikan bahan diskusi media, nama Lilis Suryani menjadi makin
tersohor. Tetapi, kalau sebelumnya hanya oleh karena berita-berita positif
saja, semenjak saat itu jaminan seperti itu sudah tidak ada lagi! Tampak nyata
sekali, artis remaja tersebut adalah sasaran (gosip) pers yang paling empuk.
Berbagai ‘berita’ mengenai dirinya tersebar ke mana-mana, mulai dari paras,
potongan rambutnya yang berjambul tinggi, sampai tingkah lakunya yang
dikabarkan ‘kurang gemulai’. Ketika
lagu Sukiyaki
hasil cover-nya sedang ‘ngetop di Indonesia,
didesas-desuskan bahwa Lilis menghilang sejenak pergi ke Jepang untuk mengoperasi
wajahnya.
Ketika tidak lama sesudah itu lagu: Untuk
PJM Presiden Sukarno ciptaan Sutedjo
dirilis tahun 1965, hembusan badai gosip tak sedap mengenai dirinya menjadi semakin
bertambah personal. Gara-gara lagu
itu, selain diberitakan bahwa Lilis sudah dijadikan penyanyi istana ‘kesayangan’ Bung Karno, pers juga menambahkan, bahwa presiden itulah yang
membiayai semua ongkos-ongkos operasi plastiknya! Ada-ada saja! (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘…. Ia Tetap Di Atas!!’ – ‘Signature Album’ Yang Kedua)
Tetapi di samping itu, seperti yang biasa dikabarkan mengenai perilaku
para Divas
di mana-mana zaman sekarang, berita-berita mengenai ‘temperamen’ Lilis yang selalu menuntut hak-hak istimewa saat
menerima panggilan manggung di
berbagai tempat di Indonesia, juga dijadikan bahan diskusi hangat media.
Seperti Whitney Houston, Mariah
Carey atau Christina Aguilera beberapa
tahun/dekade yang lalu, jauh sebelumnya dikabarkan, bahwa Lilis juga selalu
menuntut hal-hal yang bukan-bukan ketika diundang untuk tampil menyanyi!
Salah satu contoh adalah peristiwa yang terjadi di akhir bulan Juli
1966, dimana pers menuduh Lilis banyak tingkahnya! Diberitakan bahwa ia meminta
disediakan roti tawar saat tampil di kota Sumedang.
‘Lagi-lagi
Lilis Bertingkah’, demikian judul berita pada harian Suara
Merdeka tertanggal 25 Juli 1966, mengutip kantor berita
Antara
yang menceritakan kesibukan panitia yang harus membeli roti dari kota Bandung karena tidak ada
satu pun yang menjualnya di Sumedang. Juga dikabarkan, bahwa ia minta dijemput polisi
pengawal dengan sirine yang harus
dibunyikan.
Perihal berita penuntutan roti tawar
tersebut Lilis membela diri dengan menyatakan, bahwa sesuai anjuran dokter
berhubung dengan penyakit yang sedang dideritanya pada waktu itu, dia memang
tidak diperbolehkan makan nasi. Soal sirine yang harus dibunyikan, ia
menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar jika panitia menghendakinya! “Siapa suruh?” Bantahnya.
Kendatipun demikian, tidak bisa
disangkal, kabar berita yang serupa mengenai tingkah laku Lilis tidak habis-habisnya
diperbincangkan oleh pers. Hampir setiap minggu ada saja hal-hal negatif yang memenuhi kolom-kolom
surat-surat kabar daerah maupun nasional. Karena begitu seringnya, banyak
penggemar Lilis menjadi marah. Mereka menuduh media sedang melakukan witch hunt untuk menghancurkan nama
baiknya.
Tetapi akhirnya melalui sebuah interview yang terjadi awal abad ke-21 ketika
sedang bernostalgia membicarakan karier musiknya yang fenomenal yang dimulai hampir
40 tahun sebelumnya, ia mengakui bahwa berita-berita semacam itu ternyata bukan
semuanya
kisah-kisah isapan jempol media belaka!
Mengingatnya kembali, Lilis mengutarakan
perasaan gelinya akan tingkah laku pengorganisir konser-konser di Indonesia,
yang untuk memastikan kehadirannya di acara-acara yang akan mereka adakan, menyetujui segala permintaan dan
syarat-syaratnya. Sekalipun banyak yang muluk sekali, dari tiket perjalanan, mobil
penjemputan, tempat penginapan sampai
menu makanan di restoran dan juga
hak-hak istimewa lainnya!
“Tentu
saja panitia konser merasa takut. Sebab, jika karcis sudah terjual habis, tapi
Lilis tidak muncul, khan berabe untuk mereka! Oleh karena itu apa saja yang
Lilis minta selalu mereka kabulkan.” Ujarnya sambil
tertawa geli.
Tetapi bukan hanya hal-hal yang ‘menguntungkan’ seperti itu saja yang dialaminya, berbagai ‘duka’ dalam berkarya juga kenyang
dilakoni olehnya. Dalam penampilan Lilis di TVRI sekitar tahun
2005-an, ia menceritakan nasib sialnya ketika tampil di kota Purwokerto
tahun 1960-an. Selesai manggung, panitia yang mendatangkannya kabur begitu
saja! Terpaksa ia harus menjual cincin emasnya untuk membayar ongkos tiket
pulang, naik kereta api berdesak-desakan membagi gerbong dengan para pedagang
sayur dan ayam.
Kelihatannya,
sebagai Diva yang ketika itu bisa ‘bertingkah’ setiap waktu, kadang-kadang
Lilis Suryani juga harus menelan pil yang pahit untuk mengimbanginya!
Nathan Mintaraga
Desember 2012
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Download
lagu-lagu:
- Risau (mp3)
- Hilda (mp3)
- Hesty (mp3)
- Untuk PJM Presiden Sukarno (mp3)
No comments:
Post a Comment