TERMASYHUR DI KEMAH MUSUH
Oleh: Nathan Mintaraga
Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang sedang dicapai oleh album klasik ‘Gang Kelintji’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru: ‘Tiga Malam’ 1, hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik populer Indonesia. Seperti album ‘…. Ia Tetap Diatas !!’, album itu juga direkam dengan iringan orkes Bayu (Baju) di bawah pimpinan F Pareira. Sekali lagi, tampak nyata, disorot dari aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha keras untuk mengulangi kesuksesan album ‘Antosan’ dengan meniru aransemen-aransemen musik Idris Sardi saat mengiringi Lilis hampir dua tahun sebelumnya. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)
Ternyata semua itu disebabkan oleh karena ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ sebenarnya direkam serentak tahun 1965 untuk dirilis secara berurutan sebagai dua LP tahun itu dan tahun berikutnya (1966). Itulah sebabnya, seperti album yang pertama, jika didengarkan lagi sekarang, sekalipun bagus, lagu-lagu di dalam album kedua: ‘Tiga Malam’ juga terdengar kuno dan ketinggalan jaman!
Djali-Djali, sebuah ‘gambang’ Betawi tradisional, adalah lagu pertama dari album tersebut yang menjadi terkenal. Semenjak lagu Pantun Djenaka dan Terbang Lalat dari album ‘Gang Kelintji’ menjadi termasyhur di seluruh Nusantara, tampaknya lagu-lagu dengan syair yang bersajak semacam itu menjadi trendy sekali di kalangan artis-artis era tersebut dan para penggemar musik mereka.
Trend itu sebenarnya diawali oleh sebuah lagu ‘ciptaan’ Bung Karno yang berjudul: Bersuka Ria (1965), dari album (LP) ‘Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso’ (Irama Records) yang dirilis beberapa bulan sebelum album Lilis ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ direkam. Di samping Gendjer-Gendjer, lagu yang dibawakan bersama oleh artis-artis kawakan Titiek Puspa, Nien Lesmana, Rita Zahara dan Bing Slamet, diiringi oleh orkes Irama di bawah pimpinan Jack Lesmana, menjadi hit terbesar yang keluar dari album itu.
Semenjak saat itu banyak penyanyi pop terkenal lainnya mengikuti trend tersebut. Salah satu di antaranya adalah grup duet Pattie Bersaudara yang merilis lagu-lagu Soleram, Kitjir-Kitjir dan lain sebagainya. Tetapi yang paling banyak melantunkan dan merekam pantun-pantun tradisional semacam itu adalah Lilis Suryani. Di samping Pantun Djenaka, Terbang Lalat dan Djali-Djali yang menjadi amat sukses, ia juga menenarkan sekali lagi lagu-lagu lawas lainnya seperti: Dajung Palenggam dari album ‘LS’ (1966/1967), Seringgit Dua Kupang dan Lenggang Kangkung dari album ‘Ku Telah Berdua’ (1967), dan beberapa lagu dengan irama dangdut dasawarsa berikutnya.
Sekitar tahun 1968 berkat jasa Waldjinah, seorang penyanyi lagu-lagu Jawa tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, tembang-tembang pantun Jawa semacam itu yang biasanya hanya dikenal di desa-desa saja, mulai menembusi pasaran musik nasional. Penyanyi itu berhasil mengikuti trend tersebut dengan memperkenalkan secara nasional untuk pertama kalinya lagu Walang Kekek. Di tahun berikutnya lagu termasyhur itu di-cover oleh Titiek Sandhora dalam dua bahasa (Jawa dan Indonesia). Setelah dirilis, lagu itu menjadi hit untuk kedua kalinya di Indonesia, kali ini di kalangan para remaja.
Album ‘Tiga Malam’ yang isinya didominasi oleh lagu-lagu gubahan Titiek Puspa (Berita, Ibu dan Bertamasja), serta Lilis sendiri (Tiga Malam, Isa Djenaka, Sakuntala, Kuingin Bimbingan dan Bila Kutemui), demikian juga Scooter ciptaan Farid, Bungaku (Muslihat) dan Mohon Diri hasil karya Sutedjo (pencipta lagu Untuk PJM Presiden Sukarno) menjadi album yang cukup tersohor era itu.
Tetapi meskipun didukung oleh radio-radio nasional (RRI) yang menyebabkan Djali-Djali, Tiga Malam, Sakuntala dan beberapa lagu lainnya sangat dikenal dan berhasil meraih puncak ketenarannya pada waktu itu, apabila dibandingkan dengan kesuksesan fenomenal album ‘Gang Kelintji’ yang dirilis dalam waktu yang sama dan menghasilkan lagu-lagu yang secara serentak menjadi evergreen hits yang tak terlupakan di Indonesia, kesuksesan album tersebut tampak tidak berarti dan terbatas sekali!
Album ‘Tiga Malam’ benar-benar tertelan oleh bayang-bayang kejayaan album ‘Gang Kelintji’ yang ternyata menjadi salah satu album pop klasik terpenting yang berasal dari era itu! (Lihat artikel: Gang Kelintji – ‘Signature Album’ yang Ketiga)
Tetapi kendatipun demikian tercatat di dalam sejarah musik populer Indonesia, bahwa lagu Tiga Malam dari album tersebut adalah lagu patriotik pertama yang berhasil menerobos masuk ke pasaran musik negara-negara tetangga di Asia Tenggara, terutama Malaysia, dan menjadi tersohor sekali di sana. Ironisnya, lagu itu sebenarnya mengisahkan kegelisahan hati seorang pria yang selama tiga malam tanpa hasil mencari kekasihnya, hanya untuk meminta diri karena sudah harus berangkat ke medan perang, menghadapi bala tentara ... Malaysia!
Nathan Mintaraga
Mei 2013
Catatan:
1 Oleh karena judul sebuah album pada waktu itu tidak begitu lazim, nama lagu yang paling termasyhur dari album tersebut ditambahkan begitu saja di dalam artikel ini sebagai judul albumnya hanya untuk membedakannya dari album-album yang lain
2 LP (Long Play) adalah album PH (Piringan Hitam) yang biasanya memuat delapan lagu dengan maksimum 12 lagu. Diputar dengan kecepatan 33 1/3 RPM (Remixes Per Minute)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Download lagu-lagu:
- Berita (mp3)
- Djali-Djali (mp3)
- Scooter (mp3)
- Ibu (mp3)
- Bertamasja (mp3)
- Bila Kutemui (mp3)
- Kuingin Bimbingan (mp3)
- Sakuntala (mp3)
- Tiga Malam (mp3)
- Tiga Malam (mp3) – New
- Bungaku (mp3)
- Isa Djenaka (mp3)
- Mohon Diri (mp3)
- Tiga Malam (mp3) – 2by2/Siti Nurhaliza
- Tiga Malam (mp3) – Broery Marantika
- Walang Kekek (mp3) – Waldjinah
- Walang Kekek (mp3) – Titiek Sandhora
No comments:
Post a Comment