‘ORIENTAL’-ISME (2)
KUTSUKAKE TOKIJIRO
Oleh: Nathan Mintaraga
Tahun 1969 juga ditandai oleh munculnya banyak duet antara biduan dan biduanita yang sebelumnya secara solo sudah dikenal di Indonesia. Partnership pertama yang ‘tak terduga’ pada waktu itu adalah antara artis remaja baru, Titiek Sandhora, dengan Muchsin, seorang penyanyi kawakan yang sudah cukup lama tanpa hasil berkecimpung di dunia musik dangdut
nasional. Gara-gara ketenaran Titiek Sandhora sebagai penyanyi pop yang
saat itu sedang naik daun, persekutuan mereka membantu membuat namanya
ikut menonjol di arus utama dunia musik nasional.
Sekalipun partnership tersebut diprakarsai oleh Remaco,
ternyata berdua mereka berhasil membentuk grup duet paling termasyhur
tahun itu, mempengaruhi suatu kecenderungan yang berlangsung hampir tiga
tahun lamanya. Partnership Muchsin-Titiek Sandhora bertahan lama
sekali, bahkan bukan hanya di bidang musik saja, tetapi juga akhirnya
sebagai sepasang suami-istri.
Wednesday, January 15, 2014
Wednesday, January 1, 2014
28.1 'Oriental'-Isme (1)
‘ORIENTAL’-ISME (1)
PERGANTIAN ERA
Oleh: Nathan Mintaraga
Tahun 1969 adalah tahun yang mengawali suatu era baru di dunia musik populer Indonesia, yang mau-tidak-mau mempengaruhi perkembangan karier musik ketiga artis paling unggul saat itu: Ernie Djohan, Tetty Kadi dan Lilis Suryani. Tahun itu ditandai dengan munculnya banyak sekali biduan/biduanita (remaja) dari berbagai daerah di tanah air, bahkan daerah-daerah pedalaman, yang berlomba-lomba menjadi artis-artis rekaman bertaraf nasional.
Kalau sebelumnya industri tersebut selalu didominasi oleh penyanyi-penyanyi yang hanya berasal dari (atau bermukim di) Jawa Barat saja, kebanyakan dari kota Jakarta atau Bandung, mulai tahun itu mereka sudah tidak dibatasi oleh kedua kota itu lagi.
PERGANTIAN ERA
Oleh: Nathan Mintaraga
Tahun 1969 adalah tahun yang mengawali suatu era baru di dunia musik populer Indonesia, yang mau-tidak-mau mempengaruhi perkembangan karier musik ketiga artis paling unggul saat itu: Ernie Djohan, Tetty Kadi dan Lilis Suryani. Tahun itu ditandai dengan munculnya banyak sekali biduan/biduanita (remaja) dari berbagai daerah di tanah air, bahkan daerah-daerah pedalaman, yang berlomba-lomba menjadi artis-artis rekaman bertaraf nasional.
Kalau sebelumnya industri tersebut selalu didominasi oleh penyanyi-penyanyi yang hanya berasal dari (atau bermukim di) Jawa Barat saja, kebanyakan dari kota Jakarta atau Bandung, mulai tahun itu mereka sudah tidak dibatasi oleh kedua kota itu lagi.
Labels:
Andaikan,
Anna Mathovani,
Artis Legendaris,
Empat Nada,
Ernie Djohan,
Harry Noerdie,
Lilis Suryani,
Mus Mulyadi,
Musik 60-an,
Remaco,
Tetty Kadi,
Titiek Sandhora,
Tjinta Mesraku,
Wikipedia,
Zaenal Combo
Subscribe to:
Posts (Atom)