MENANGANI ‘DJANGO’ (2)
DARI SUKIYAKI KE DJANGGO
Oleh: Nathan Mintaraga
Seperti yang telah disinggung di bagian pertama artikel ini, pada tahun 1964 Lilis Suryani merilis lagu Sukiyaki dalam bahasa Jepang. Anehnya, bertentangan dengan peraturan radio-radio negara (RRI)
untuk tidak mengudarakan lagu-lagu yang bukan berbahasa
nasional/daerah, lagu itu sangat didukung oleh mereka gara-gara Lilis
penyanyinya. Akibatnya, sekalipun syairnya dalam bahasa asing, Sukiyaki versi Lilis tersebut menjadi hit secara nasional berkat dukungan mereka.
Empat tahun kemudian (1968), bersama lima artis kawakan lain yang sudah termasyhur di Indonesia saat itu, Lilis merekam di bawah label Mesra Record album kompilasi (LP) 1 ‘Ini dan Itu’ diiringi oleh orkes Zaenal Combo.
Saturday, December 14, 2013
Wednesday, December 4, 2013
27.1 Menangani 'Django' (1)
MENANGANI ‘DJANGO’ (1)
DARI SUKIYAKI KE DJANGGO
Oleh: Nathan Mintaraga
Tidak pernah terduga bahwa tema lagu sebuah film Italia termasyhur tahun 60-an, ‘Django’ (1966), yang pada waktu itu dikenal sebagai salah satu ‘Spaghetti Westerns’ tersukses era tersebut, bakal dinyanyikan dan direkam oleh Lilis Suryani dalam bahasa aslinya. Hasil gubahan Luis Bacalov dan Franco Migliacci, di dalam movie itu Roberto Fia, seorang penyanyi Italia yang cukup dikenal secara lokal, mengalunkan lagu itu.
Setelah merilis lagu Sukiyaki dalam bahasa Jepang diiringi oleh band Eka Sapta tahun 1964, sampai saat itu tidak pernah lagi Lilis merekam lagu-lagu yang berbahasa asing lainnya. (Lihat artikel: Eka Sapta – Satu Terulung Tujuh Termahir)
DARI SUKIYAKI KE DJANGGO
Oleh: Nathan Mintaraga
Tidak pernah terduga bahwa tema lagu sebuah film Italia termasyhur tahun 60-an, ‘Django’ (1966), yang pada waktu itu dikenal sebagai salah satu ‘Spaghetti Westerns’ tersukses era tersebut, bakal dinyanyikan dan direkam oleh Lilis Suryani dalam bahasa aslinya. Hasil gubahan Luis Bacalov dan Franco Migliacci, di dalam movie itu Roberto Fia, seorang penyanyi Italia yang cukup dikenal secara lokal, mengalunkan lagu itu.
Setelah merilis lagu Sukiyaki dalam bahasa Jepang diiringi oleh band Eka Sapta tahun 1964, sampai saat itu tidak pernah lagi Lilis merekam lagu-lagu yang berbahasa asing lainnya. (Lihat artikel: Eka Sapta – Satu Terulung Tujuh Termahir)
Labels:
Artis Legendaris,
Dara Puspita,
Djanggo,
Ernie Djohan,
Kau Selalu di Hatiku,
Lilis Suryani,
Lulu,
Musik 60-an,
Philips,
Roberto Fia,
Sukiyaki,
Tetty Kadi,
Titiek Sandhora,
To Sir with Love,
Wikipedia,
Zaenal Combo
Friday, November 15, 2013
26 Rebel ‘007’
REBEL ‘007’
MENARI DENGAN KAKEK
Oleh: Nathan Mintaraga
Terluncurnya album (LP) 1 ‘007’ (Remaco) di Indonesia tahun 1968 diiringi oleh orkes Mus Mualim ternyata gagal memberantas ‘wabah kegersangan hits’ yang sedang dialami oleh Lilis Suryani semenjak turun dari ‘takhta’-nya hampir dua tahun sebelumnya. Hanya kali ini dampaknya tidak seburuk album ‘Pulang Muhibah’ (Irama Records) atau ‘Taxi Ibukota’ (Remaco) yang dirilis akhir/pergantian tahun 1967/1968. (Lihat artikel-artikel: Pulang Muhibah – Terlambat Berlenso dan Yale Yale – Menembus Pasaran Tetangga) Karena ternyata melalui album ‘007’ Lilis berhasil menciptakan dua buah hits.
Semenjak dirilis di pasaran musik nasional, dari kedelapan lagu yang ada di dalam piringan hitam itu hanya tiga saja yang judulnya masih dikenal dan dikenang masyarakat hingga sekarang. Yang lain gagal untuk mengesankan hati para pendengarnya!
MENARI DENGAN KAKEK
Oleh: Nathan Mintaraga
Semenjak dirilis di pasaran musik nasional, dari kedelapan lagu yang ada di dalam piringan hitam itu hanya tiga saja yang judulnya masih dikenal dan dikenang masyarakat hingga sekarang. Yang lain gagal untuk mengesankan hati para pendengarnya!
Labels:
007,
Artis Legendaris,
Bing Slamet,
Ditinggal Mama,
Ireng Maulana,
Kau Pembela Nusa dan Bangsa,
Lilis Suryani,
Matt Monro,
Mus Mualim,
Musik 60-an,
Philips,
Remaco,
Risau,
Titiek Puspa,
Ulang Tahun Kakek,
Wikipedia
Friday, November 1, 2013
25 Yale Yale
YALE YALE
MENEMBUS PASARAN TETANGGA
Oleh: Nathan Mintaraga
Ada beberapa penyebab yang membuat nama Lilis Suryani menjadi begitu terkenal di negara-negara tetangga (Malaysia, Singapura dan Brunei) tahun 60-an/70-an. Salah satu di antaranya adalah berkat dukungan berbagai media mereka, terutama radio-radio nasional yang sering mengalunkan lagu-lagunya melalui gelombang-gelombang udara di negara-negara itu.
Tetapi yang paling menakjubkan, lagu-lagu patriotik yang disenandungkan oleh Lilis untuk mengobarkan semangat heroisme bangsa Indonesia di balik kisah-kisah cinta, juga sangat digemari oleh penduduk sana. Padahal lagu-lagu itu diciptakan gara-gara konfrontasi yang terjadi semenjak tahun 1963 antara Indonesia dan Malaysia, untuk menyemangati para pahlawan nasional yang sedang bertugas di medan perang, melawan bala tentara mereka.
MENEMBUS PASARAN TETANGGA
Oleh: Nathan Mintaraga
Ada beberapa penyebab yang membuat nama Lilis Suryani menjadi begitu terkenal di negara-negara tetangga (Malaysia, Singapura dan Brunei) tahun 60-an/70-an. Salah satu di antaranya adalah berkat dukungan berbagai media mereka, terutama radio-radio nasional yang sering mengalunkan lagu-lagunya melalui gelombang-gelombang udara di negara-negara itu.
Tetapi yang paling menakjubkan, lagu-lagu patriotik yang disenandungkan oleh Lilis untuk mengobarkan semangat heroisme bangsa Indonesia di balik kisah-kisah cinta, juga sangat digemari oleh penduduk sana. Padahal lagu-lagu itu diciptakan gara-gara konfrontasi yang terjadi semenjak tahun 1963 antara Indonesia dan Malaysia, untuk menyemangati para pahlawan nasional yang sedang bertugas di medan perang, melawan bala tentara mereka.
Thursday, October 17, 2013
24 Empat Nada
EMPAT NADA
MELENGKAPI DEKADE KE-60
Oleh: Nathan Mintaraga
Tampak agak kurang lengkap apabila membicarakan dunia musik populer Indonesia tahun 60-an tanpa melibatkan orkes Empat Nada di situ. Meskipun Lilis Suryani hanya merekam beberapa lagu saja dengan band tersebut, dan itu juga terjadi ketika ia sudah turun dari ‘takhta’-nya, pengaruh besar band yang ikut berkontribusi dan merajai dekade itu bersama orkes-orkes seperti Eka Sapta, Zaenal Combo, Pantja Nada, Buana Suara, Arulan dan lain sebagainya, tidak bisa diabaikan begitu saja.
Orkes Empat Nada, yang sebenarnya sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik pop, baru mulai dikenal masyarakat ketika tampil mengiringi Tetty Kadi merekam albumnya (LP) 1 yang kedua di bawah label Remaco, ‘Senandung Rindu’ 2 (1967). Kembali piringan hitam itu mengandung delapan lagu baru di mana tujuh di antaranya adalah hasil karya saudara sepupunya sendiri, A Riyanto.
MELENGKAPI DEKADE KE-60
Oleh: Nathan Mintaraga
Tampak agak kurang lengkap apabila membicarakan dunia musik populer Indonesia tahun 60-an tanpa melibatkan orkes Empat Nada di situ. Meskipun Lilis Suryani hanya merekam beberapa lagu saja dengan band tersebut, dan itu juga terjadi ketika ia sudah turun dari ‘takhta’-nya, pengaruh besar band yang ikut berkontribusi dan merajai dekade itu bersama orkes-orkes seperti Eka Sapta, Zaenal Combo, Pantja Nada, Buana Suara, Arulan dan lain sebagainya, tidak bisa diabaikan begitu saja.
Orkes Empat Nada, yang sebenarnya sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik pop, baru mulai dikenal masyarakat ketika tampil mengiringi Tetty Kadi merekam albumnya (LP) 1 yang kedua di bawah label Remaco, ‘Senandung Rindu’ 2 (1967). Kembali piringan hitam itu mengandung delapan lagu baru di mana tujuh di antaranya adalah hasil karya saudara sepupunya sendiri, A Riyanto.
Labels:
A Riyanto,
Aneka 12,
Artis Legendaris,
Bunga Melati,
Empat Nada,
Ernie Djohan,
Jadin,
Ku Telah Berdua,
Lilis Suryani,
Musik 60-an,
Remaco,
Senandung Rindu,
Tetty Kadi,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Wednesday, October 2, 2013
23 Lilis T’lah Berdua
LILIS T’LAH BERDUA
‘MEMIMPIN’ EMPAT NADA
Oleh: Nathan Mintaraga
Album (LP)1 ‘Ku Telah Berdua’ dirilis tidak lama setelah Lilis Suryani dan M Junus Ja’far secara diam-diam menikah di kota Jakarta, di mana dikabarkan bahwa upacaranya hanya dihadiri oleh anggota-anggota keluarga terdekat saja. Selain itu juga dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia (digosipkan), bahwa mereka terpaksa harus memajukan tanggal hari perkawinan mereka untuk ‘mengejar’ waktu!
Empat dari kelima lagu ciptaan Lilis di dalam album yang diproduksi oleh Remaco itu melukiskan terminal terakhir kisah perjalanan mereka sebagai sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta. Memang melalui beberapa lagu di dalam album-album sebelumnya, ‘Pemburu’ (1966) dan ‘LS’ (1967), Lilis sudah membagikan dengan sukarela ‘autobiography’ mereka kepada umum, dari kisah pertemuan pertama mereka sampai perkembangan masa pacarannya, melalui lagu-lagu termasyhur: Udjung Pandang, Kisah Tjinta, Kau Tetap Kumiliki dan Tjurahan Hati. (Lihat artikel-artikel: Ujung Pandang – Memburu si Baju Loreng dan LS – Mencurahkan Isi Hati)
‘MEMIMPIN’ EMPAT NADA
Oleh: Nathan Mintaraga
Album (LP)1 ‘Ku Telah Berdua’ dirilis tidak lama setelah Lilis Suryani dan M Junus Ja’far secara diam-diam menikah di kota Jakarta, di mana dikabarkan bahwa upacaranya hanya dihadiri oleh anggota-anggota keluarga terdekat saja. Selain itu juga dijadikan bahan perbincangan media di Indonesia (digosipkan), bahwa mereka terpaksa harus memajukan tanggal hari perkawinan mereka untuk ‘mengejar’ waktu!
Empat dari kelima lagu ciptaan Lilis di dalam album yang diproduksi oleh Remaco itu melukiskan terminal terakhir kisah perjalanan mereka sebagai sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta. Memang melalui beberapa lagu di dalam album-album sebelumnya, ‘Pemburu’ (1966) dan ‘LS’ (1967), Lilis sudah membagikan dengan sukarela ‘autobiography’ mereka kepada umum, dari kisah pertemuan pertama mereka sampai perkembangan masa pacarannya, melalui lagu-lagu termasyhur: Udjung Pandang, Kisah Tjinta, Kau Tetap Kumiliki dan Tjurahan Hati. (Lihat artikel-artikel: Ujung Pandang – Memburu si Baju Loreng dan LS – Mencurahkan Isi Hati)
Labels:
Artis Legendaris,
Empat Nada,
Gang Kelintji,
Gesang,
Kasih dan Tjinta,
Ku Telah Berdua,
Lenggang Kangkung,
Lilis Suryani,
LS,
Minggu Lalu,
Musik 60-an,
Pemburu,
Remaco,
Rumahku,
The Females,
Tirtonadi,
Wikipedia
Friday, September 20, 2013
22.2 Kau Selalu di Hatiku (2)
KAU SELALU DI HATIKU (2)
MEMUNCAK DI TELUK BAYUR
Oleh: Nathan Mintaraga
Album (LP) 1 ‘Kau Selalu Dihatiku’ 2 mengandung delapan lagu yang tak terlupakan. Wedhasmara, salah seorang penggubah lagu yang paling dikenal dasawarsa itu, mengkontribusikan tiga lagu: Kembalilah, Sendja Dibatas Kota dan Kau Selalu Dihatiku, lagu paling termasyhur yang berasal dari album itu. Sebelumnya ia sudah dikenal di Indonesia sebagai pencipta lagu Selamat Berpisah dari album ‘Sendja di Kaimana’, salah satu hit terbesar tahun 1965 yang membuat nama penyanyinya, Retno, nama yang sangat dikenal di seluruh Nusantara.
Selain itu untuk album Ernie Djohan tersebut, Zaenal Arifin menciptakan dua lagu: Djemput Aku Djam 5 Sore dan Kenangan Manis Mesti Berlalu. Tak terlupakan lagu-lagu Samudraku karya Jessy Wenas, serta Mustafa dan Hudjan, keduanya hasil karya Tom RS.
MEMUNCAK DI TELUK BAYUR
Oleh: Nathan Mintaraga
Album (LP) 1 ‘Kau Selalu Dihatiku’ 2 mengandung delapan lagu yang tak terlupakan. Wedhasmara, salah seorang penggubah lagu yang paling dikenal dasawarsa itu, mengkontribusikan tiga lagu: Kembalilah, Sendja Dibatas Kota dan Kau Selalu Dihatiku, lagu paling termasyhur yang berasal dari album itu. Sebelumnya ia sudah dikenal di Indonesia sebagai pencipta lagu Selamat Berpisah dari album ‘Sendja di Kaimana’, salah satu hit terbesar tahun 1965 yang membuat nama penyanyinya, Retno, nama yang sangat dikenal di seluruh Nusantara.
Selain itu untuk album Ernie Djohan tersebut, Zaenal Arifin menciptakan dua lagu: Djemput Aku Djam 5 Sore dan Kenangan Manis Mesti Berlalu. Tak terlupakan lagu-lagu Samudraku karya Jessy Wenas, serta Mustafa dan Hudjan, keduanya hasil karya Tom RS.
Labels:
Artis Legendaris,
Buana Suara,
Ernie Djohan,
I'm a Tiger,
Lilis Suryani,
Lulu,
Musik 60-an,
Philips,
Remaco,
Sejak di Perjalanan,
Teluk Bajur,
Tetty Kadi,
To Sir with Love,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Tuesday, September 3, 2013
22.1 Kau Selalu di Hatiku (1)
KAU SELALU DI HATIKU (1)
DIAWALI ‘LA NOVIA’
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari tahun 1966 sampai pertengahan tahun 1967 Tetty Kadi adalah artis yang paling populer di Indonesia. Selama itu ia menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan. Ketika baru saja dirilis, semua lagu dari album perdananya, ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco), terutama Teringat Selalu dan Pulau Seribu, menjadi lagu-lagu yang menguasai acara radio-radio (RRI) dan tangga lagu-lagu nasional. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)
Disebabkan oleh karena itu, semenjak akhir tahun 1966, Lilis Suryani yang juga baru saja mengalami kesuksesan fenomenal dengan albumnya ‘Gang Kelintji’ 1 (Remaco), terpaksa harus menyerahkan kedudukannya di ‘atas’, yang berhasil dipertahankan olehnya selama empat tahun, kepada artis remaja itu.
DIAWALI ‘LA NOVIA’
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari tahun 1966 sampai pertengahan tahun 1967 Tetty Kadi adalah artis yang paling populer di Indonesia. Selama itu ia menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan. Ketika baru saja dirilis, semua lagu dari album perdananya, ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco), terutama Teringat Selalu dan Pulau Seribu, menjadi lagu-lagu yang menguasai acara radio-radio (RRI) dan tangga lagu-lagu nasional. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)
Disebabkan oleh karena itu, semenjak akhir tahun 1966, Lilis Suryani yang juga baru saja mengalami kesuksesan fenomenal dengan albumnya ‘Gang Kelintji’ 1 (Remaco), terpaksa harus menyerahkan kedudukannya di ‘atas’, yang berhasil dipertahankan olehnya selama empat tahun, kepada artis remaja itu.
Labels:
Artis Legendaris,
Ernie Djohan,
Julie Rogers,
Kau Pembela Nusa dan Bangsa,
Kau Selalu di Hatiku,
La Novia,
Lilis Suryani,
Lulu,
Musik 60-an,
Philips,
Remaco,
Tetty Kadi,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Saturday, August 17, 2013
21 Pulang Muhibah
PULANG MUHIBAH
TERLAMBAT BERLENSO
Oleh: Nathan Mintaraga
Meskipun sudah direkam lebih dari setahun sebelumnya, ‘Pulang Muhibah’ adalah album (LP) 1 Lilis Suryani yang hampir tidak dirilis tahun 1967 oleh Irama Records. Diperkirakan oleh pers, bahwa pada waktu itu perusahaan piringan hitam tersebut sedang mengalami krisis (moneter) yang cukup serius. Karena semenjak album ‘Sendja di Kaimana’ diluncurkan tahun 1965, Remaco terus menguasai pasaran musik populer nasional. Hanya album-album karya mereka saja yang laku keras dan menghasilkan hits yang fenomenal. Lagu-lagunya memonopoli semua tangga lagu-lagu nasional.
Selain Lilis Suryani dengan album-albumnya ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ 2, juga tak terkecualikan Titiek Puspa, semenjak tahun 1965 Irama Records hampir tidak mempunyai artis yang bisa mencetak hits untuk mereka.
TERLAMBAT BERLENSO
Oleh: Nathan Mintaraga
Meskipun sudah direkam lebih dari setahun sebelumnya, ‘Pulang Muhibah’ adalah album (LP) 1 Lilis Suryani yang hampir tidak dirilis tahun 1967 oleh Irama Records. Diperkirakan oleh pers, bahwa pada waktu itu perusahaan piringan hitam tersebut sedang mengalami krisis (moneter) yang cukup serius. Karena semenjak album ‘Sendja di Kaimana’ diluncurkan tahun 1965, Remaco terus menguasai pasaran musik populer nasional. Hanya album-album karya mereka saja yang laku keras dan menghasilkan hits yang fenomenal. Lagu-lagunya memonopoli semua tangga lagu-lagu nasional.
Selain Lilis Suryani dengan album-albumnya ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ 2, juga tak terkecualikan Titiek Puspa, semenjak tahun 1965 Irama Records hampir tidak mempunyai artis yang bisa mencetak hits untuk mereka.
Labels:
Artis Legendaris,
Bung Karno,
Ernie Djohan,
Ia Tetap Diatas,
Irama Records,
Koes Bersaudara,
Lenso,
Lilis Suryani,
Mus Mualim,
Musik 60-an,
Pulang Muhibah,
Remaco,
Tetty Kadi,
Tiga Malam,
Titiek Puspa,
Wikipedia
Friday, August 2, 2013
20 LS
MENCURAHKAN ISI HATI
Oleh: Nathan Mintaraga
Awal tahun 1967, saat lagu-lagu dari album ‘Pemburu’ masih menduduki tangga lagu-lagu nasional, Lilis Suryani merilis album berikutnya diiringi oleh orkes Arulan di bawah pimpinan Jarzuk Arifin.
Sebagai orkes yang awalnya dikenal di Indonesia sebagai orkes ‘Melayu’, pertengahan dekade itu Arulan mengubah ‘aliran’ mereka dari dangdut ke arus utama dunia musik populer, di mana mereka mengiringi banyak artis terkenal merekam album-album pop/semi pop. Orkes itu pernah bekerja sama dengan penyanyi-penyanyi seperti Bing Slamet, Norma Sanger, Diah Iskandar, Alfian, Ernie Djohan dan lain sebagainya.
Tuesday, July 9, 2013
19 Ujung Pandang
UJUNG PANDANG
MEMBURU SI BAJU LORENG
Oleh: Nathan Mintaraga
‘Pemburu’ adalah album Lilis Suryani yang pertama diluncurkan, di bawah label Remaco, setelah kedudukannya di ‘atas’ selama empat tahun (1963-1966) ‘direbut’ oleh Tetty Kadi, seorang penyanyi remaja baru yang berhasil mempesona masyarakat Indonesia dengan album perdananya: ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco). A Riyanto, saudara sepupunya sendiri, menciptakan semua lagu di dalam album itu, yang sebagian besar secara instan merajai tangga lagu-lagu nasional sepanjang pertengahan terakhir tahun 1966 dan pertengahan awal tahun berikutnya. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)
Seperti Tetty Kadi yang untuk album itu masuk dapur rekaman bersama orkes Zaenal Combo, album baru Lilis Suryani juga direkam diiringi orkes legendaris tersebut. Setahun sebelumnya album mini (EP) 2 hasil kerja sama mereka yang pertama: ‘Tjing Tulungan’ 1 mengalami kesuksesan masal di Indonesia, di mana keempat lagunya ikut menguasai tangga lagu-lagu nasional tahun 1965 bergantian dengan lagu-lagu dari album kompilasi (LP) 3 Zaenal Combo yang juga sedang ‘ngetop sekali, ‘Sendja di Kaimana’. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan bagi orkes itu, keduanya diproduksi di studio Remaco. (Lihat artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme)
MEMBURU SI BAJU LORENG
Oleh: Nathan Mintaraga
‘Pemburu’ adalah album Lilis Suryani yang pertama diluncurkan, di bawah label Remaco, setelah kedudukannya di ‘atas’ selama empat tahun (1963-1966) ‘direbut’ oleh Tetty Kadi, seorang penyanyi remaja baru yang berhasil mempesona masyarakat Indonesia dengan album perdananya: ‘Pulau Seribu’ 1 (Remaco). A Riyanto, saudara sepupunya sendiri, menciptakan semua lagu di dalam album itu, yang sebagian besar secara instan merajai tangga lagu-lagu nasional sepanjang pertengahan terakhir tahun 1966 dan pertengahan awal tahun berikutnya. (Lihat artikel: Teringat Selalu (1) – Menyaingi Idola)
Seperti Tetty Kadi yang untuk album itu masuk dapur rekaman bersama orkes Zaenal Combo, album baru Lilis Suryani juga direkam diiringi orkes legendaris tersebut. Setahun sebelumnya album mini (EP) 2 hasil kerja sama mereka yang pertama: ‘Tjing Tulungan’ 1 mengalami kesuksesan masal di Indonesia, di mana keempat lagunya ikut menguasai tangga lagu-lagu nasional tahun 1965 bergantian dengan lagu-lagu dari album kompilasi (LP) 3 Zaenal Combo yang juga sedang ‘ngetop sekali, ‘Sendja di Kaimana’. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan bagi orkes itu, keduanya diproduksi di studio Remaco. (Lihat artikel: Kau Pembela Nusa dan Bangsa – Mengobarkan Heroisme)
Labels:
Artis Legendaris,
Badju Loreng,
Kisah Tjinta,
Lilis Suryani,
M Junus Ja'far,
Musik 60-an,
Pemburu,
Remaco,
Skeeter Davis,
Tepuk Tangan,
Udjung Pandang,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Thursday, June 20, 2013
18.2 Teringat Selalu (2)
TERINGAT SELALU (2)
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga
Kendatipun secara tehnis kualitas piringan-piringan hitam (PH) pertama Lilis Suryani dan Tetty Kadi tidak bisa disetarakan oleh karena diproduksi oleh dua studio rekaman dalam jangka waktu yang berbeda, tetapi seperti saat EP 1 ‘Tjai Kopi’ 2 (Irama Records) dirilis hampir empat tahun sebelumnya, album (LP) 3 ‘Pulau Seribu’ 2 (Remaco) juga memperkenalkan elemen-elemen baru yang ikut merevolusikan dunia musik populer Indonesia di era tersebut.
Ketrampilan Zaenal Arifin dan orkesnya, Zaenal Combo, dalam menciptakan aransemen-aransemen musik yang khas bagi setiap lagu yang ada di dalamnya, membuat album baru itu terdengar menarik, unik dan menonjol sekali.
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga
Ketrampilan Zaenal Arifin dan orkesnya, Zaenal Combo, dalam menciptakan aransemen-aransemen musik yang khas bagi setiap lagu yang ada di dalamnya, membuat album baru itu terdengar menarik, unik dan menonjol sekali.
Labels:
A Riyanto,
Artis Legendaris,
Gang Kelintji,
Lilis Suryani,
Musik 60-an,
Pattie Bersaudara,
Pulau Seribu,
Remaco,
S Warno,
Teringat Selalu,
Tetty Kadi,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Tuesday, June 4, 2013
18.1 Teringat Selalu (1)
TERINGAT SELALU (1)
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari tahun 1963 sampai pertengahan tahun 1966, sebagai artis remaja yang paling populer era itu, Lilis Suryani benar-benar menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan nasional. Bahkan pernah dengan berani sekali para produser piringan hitamnya menjuduli salah satu album Lilis yang dirilis tahun 1965: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)
Kenyataannya, meskipun ada banyak bintang cemerlang (baru) lainnya yang bermunculan dan menjadi termasyhur saat itu, tidak ada seorang pun di antara mereka yang sanggup memadai kesuksesan yang sudah diraih oleh Lilis sepanjang tahun-tahun tersebut. (Lihat artikel: Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata – Mendominasi Pasaran Musik Pop)
MENYAINGI IDOLA
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari tahun 1963 sampai pertengahan tahun 1966, sebagai artis remaja yang paling populer era itu, Lilis Suryani benar-benar menduduki tingkat tertinggi di dunia musik hiburan nasional. Bahkan pernah dengan berani sekali para produser piringan hitamnya menjuduli salah satu album Lilis yang dirilis tahun 1965: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)
Kenyataannya, meskipun ada banyak bintang cemerlang (baru) lainnya yang bermunculan dan menjadi termasyhur saat itu, tidak ada seorang pun di antara mereka yang sanggup memadai kesuksesan yang sudah diraih oleh Lilis sepanjang tahun-tahun tersebut. (Lihat artikel: Dari Tjai Kopi Hingga Air Mata – Mendominasi Pasaran Musik Pop)
Monday, May 20, 2013
17 Tiga Malam
TIGA MALAM
TERMASYHUR DI KEMAH MUSUH
Oleh: Nathan Mintaraga
Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang sedang dicapai oleh album klasik ‘Gang Kelintji’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru: ‘Tiga Malam’ 1, hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik populer Indonesia. Seperti album ‘…. Ia Tetap Diatas !!’, album itu juga direkam dengan iringan orkes Bayu (Baju) di bawah pimpinan F Pareira. Sekali lagi, tampak nyata, disorot dari aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha keras untuk mengulangi kesuksesan album ‘Antosan’ dengan meniru aransemen-aransemen musik Idris Sardi saat mengiringi Lilis hampir dua tahun sebelumnya. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)
Ternyata semua itu disebabkan oleh karena ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ sebenarnya direkam serentak tahun 1965 untuk dirilis secara berurutan sebagai dua LP tahun itu dan tahun berikutnya (1966). Itulah sebabnya, seperti album yang pertama, jika didengarkan lagi sekarang, sekalipun bagus, lagu-lagu di dalam album kedua: ‘Tiga Malam’ juga terdengar kuno dan ketinggalan jaman!
TERMASYHUR DI KEMAH MUSUH
Oleh: Nathan Mintaraga
Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang sedang dicapai oleh album klasik ‘Gang Kelintji’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru: ‘Tiga Malam’ 1, hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik populer Indonesia. Seperti album ‘…. Ia Tetap Diatas !!’, album itu juga direkam dengan iringan orkes Bayu (Baju) di bawah pimpinan F Pareira. Sekali lagi, tampak nyata, disorot dari aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha keras untuk mengulangi kesuksesan album ‘Antosan’ dengan meniru aransemen-aransemen musik Idris Sardi saat mengiringi Lilis hampir dua tahun sebelumnya. (Lihat artikel: Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ – ‘Signature Album’ yang Kedua)
Ternyata semua itu disebabkan oleh karena ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ dan ‘Tiga Malam’ sebenarnya direkam serentak tahun 1965 untuk dirilis secara berurutan sebagai dua LP tahun itu dan tahun berikutnya (1966). Itulah sebabnya, seperti album yang pertama, jika didengarkan lagi sekarang, sekalipun bagus, lagu-lagu di dalam album kedua: ‘Tiga Malam’ juga terdengar kuno dan ketinggalan jaman!
Labels:
2by2,
Artis Legendaris,
Baju,
Broery Marantika,
Bung Karno,
Djali-Djali,
F Pareira,
Gendjer-Gendjer,
Irama Records,
Musik 60-an,
Sakuntala,
Siti Nurhaliza,
Tiga Malam,
Titiek Puspa,
Walang Kekek,
Waldjinah,
Wikipedia
Saturday, May 4, 2013
16 Pantja Nada
PANTJA NADA
SEKALI TETAPI ABADI
Oleh: Nathan Mintaraga
Di samping Eka Sapta dan Zaenal Combo sebagai orkes-orkes yang ikut mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang dasawarsa ke-60, Pantja Nada adalah band terpenting ketiga yang berasal dari era itu.
Tetapi dibandingkan dengan kedua orkes yang sudah berhasil meninggalkan legacy mereka di sana dengan menciptakan berbagai album yang tak terlupakan sepanjang masa, Pantja Nada gagal meninggalkan kesan yang serupa. Kebanyakan album-album hasil karya mereka mudah dilupakan.
SEKALI TETAPI ABADI
Oleh: Nathan Mintaraga
Tetapi dibandingkan dengan kedua orkes yang sudah berhasil meninggalkan legacy mereka di sana dengan menciptakan berbagai album yang tak terlupakan sepanjang masa, Pantja Nada gagal meninggalkan kesan yang serupa. Kebanyakan album-album hasil karya mereka mudah dilupakan.
Saturday, April 20, 2013
15 Hadiah Ulang Tahun
HADIAH ULANG TAHUN
KISAH TERCIPTANYA GANG KELINCI
Oleh: Nathan Mintaraga
Sampai saat ini berbagai berita mengenai proses penciptaan lagu iconic Gang Kelintji masih bisa dibaca di beberapa blogs dan situs-situs dunia maya. Sekalipun asal-usul terciptanya lagu gubahan Titiek Puspa itu ditulis dengan kalimat-kalimat yang agak berbeda, tampak nyata sekali berdasarkan kemiripan inti ceriteranya, kisah itu pasti berasal dari sumber yang sama.
Tertulis di sana, bahwa sesuai kisah yang dituturkan oleh Titiek Puspa sendiri, suatu hari di tahun 1963 rumahnya di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, didatangi oleh seorang gadis bertubuh mungil yang belum pernah dikenal olehnya. Seharian gadis remaja itu, yang mengaku dirinya sebagai penyanyi, bersikeras tidak mau pergi meninggalkan rumah itu, jika Titiek tidak menciptakan sebuah lagu untuknya terlebih dahulu.
KISAH TERCIPTANYA GANG KELINCI
Oleh: Nathan Mintaraga
Sampai saat ini berbagai berita mengenai proses penciptaan lagu iconic Gang Kelintji masih bisa dibaca di beberapa blogs dan situs-situs dunia maya. Sekalipun asal-usul terciptanya lagu gubahan Titiek Puspa itu ditulis dengan kalimat-kalimat yang agak berbeda, tampak nyata sekali berdasarkan kemiripan inti ceriteranya, kisah itu pasti berasal dari sumber yang sama.
Tertulis di sana, bahwa sesuai kisah yang dituturkan oleh Titiek Puspa sendiri, suatu hari di tahun 1963 rumahnya di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, didatangi oleh seorang gadis bertubuh mungil yang belum pernah dikenal olehnya. Seharian gadis remaja itu, yang mengaku dirinya sebagai penyanyi, bersikeras tidak mau pergi meninggalkan rumah itu, jika Titiek tidak menciptakan sebuah lagu untuknya terlebih dahulu.
Tuesday, April 2, 2013
14 Titiek Puspa
TITIEK PUSPA
ARTIS TELADAN
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari awal era itu artis legendaris Titiek Puspa sudah diakui sebagai seorang seniwati profesional yang paling disegani oleh artis-artis lainnya. Dianggap sebagai sesepuh di bidang kesenian yang harus dihormati, ia selalu dijadikan teladan oleh mereka. Sikapnya yang arif, bijaksana, keibuan dan suka menolong, menjadi penyebab mengapa para penyanyi (remaja) lain yang sedang memerlukan pendapat, nasihat atau bantuan selalu berusaha mencari dia. Dan semua itu tidak terbatas pada persoalan musik belaka!
Tidak dapat disangkal, bahwa selain itu banyak di antara mereka yang mengagumi kemampuan Titiek di dalam menciptakan lagu-lagu yang pada waktu itu hampir semuanya mempunyai potensi besar untuk menjadi hits.
ARTIS TELADAN
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari awal era itu artis legendaris Titiek Puspa sudah diakui sebagai seorang seniwati profesional yang paling disegani oleh artis-artis lainnya. Dianggap sebagai sesepuh di bidang kesenian yang harus dihormati, ia selalu dijadikan teladan oleh mereka. Sikapnya yang arif, bijaksana, keibuan dan suka menolong, menjadi penyebab mengapa para penyanyi (remaja) lain yang sedang memerlukan pendapat, nasihat atau bantuan selalu berusaha mencari dia. Dan semua itu tidak terbatas pada persoalan musik belaka!
Tidak dapat disangkal, bahwa selain itu banyak di antara mereka yang mengagumi kemampuan Titiek di dalam menciptakan lagu-lagu yang pada waktu itu hampir semuanya mempunyai potensi besar untuk menjadi hits.
Labels:
Anneke Gronloh,
Artis Legendaris,
Dara Puspita,
Gang Kelintji,
Irama Records,
Ismail Marzuki,
Lilis Suryani,
Mari Mari,
Minah Gadis Dusun,
Mus Mualim,
Musik 60-an,
Si Hitam,
Titiek Puspa,
Wikipedia
Monday, March 18, 2013
13 Gang Kelintji
GANG KELINTJI
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KETIGA
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari berpuluh-puluh album yang pernah direkam dan dirilis oleh Lilis Suryani di Indonesia, terutama dari tahun 1963 sampai 1971, di samping dua album (LP) 1 sebelumnya: ‘Antosan’ (1964) dan ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ (1965), album ‘Gang Kelintji’ 2 (1966) adalah album terpenting sepanjang masa kariernya yang panjang dan menakjubkan itu.
Kesuksesan album tersebut yang dipenuhi oleh delapan lagu tak terlupakan yang semuanya tak terkecualikan menjadi hits di seluruh Nusantara ternyata membuktikan, bahwa kali ini Lilis benar-benar sudah berhasil meraih puncak karier musiknya. Kesuksesan album tersebut mengatasi segala sesuatu yang pernah dicapai olehnya selama itu dari awal sampai tahun 1966, di mana ia benar-benar menikmati kejayaan yang tidak pernah dicapai oleh artis-artis lain sebelumnya.
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KETIGA
Oleh: Nathan Mintaraga
Dari berpuluh-puluh album yang pernah direkam dan dirilis oleh Lilis Suryani di Indonesia, terutama dari tahun 1963 sampai 1971, di samping dua album (LP) 1 sebelumnya: ‘Antosan’ (1964) dan ‘.... Ia Tetap Diatas !!’ (1965), album ‘Gang Kelintji’ 2 (1966) adalah album terpenting sepanjang masa kariernya yang panjang dan menakjubkan itu.
Kesuksesan album tersebut yang dipenuhi oleh delapan lagu tak terlupakan yang semuanya tak terkecualikan menjadi hits di seluruh Nusantara ternyata membuktikan, bahwa kali ini Lilis benar-benar sudah berhasil meraih puncak karier musiknya. Kesuksesan album tersebut mengatasi segala sesuatu yang pernah dicapai olehnya selama itu dari awal sampai tahun 1966, di mana ia benar-benar menikmati kejayaan yang tidak pernah dicapai oleh artis-artis lain sebelumnya.
Thursday, February 28, 2013
12 Tidurlah
TIDURLAH
MENGEKSPERIMEN DANGDUT
Oleh: Nathan Mintaraga
Suatu hal penting lainnya yang menyebabkan album (LP) 1 ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ cukup unik saat diluncurkan adalah kehadiran sebuah irama baru di dalam album tersebut yang tidak pernah didendangkan oleh Lilis Suryani sebelumnya.
Melalui lagu Tidurlah, sebuah lagu dengan syair yang ditulis olehnya sendiri, Lilis berusaha memadu irama musik populer Indonesia dengan irama musik yang masih terdengar ‘asing’ sekali bagi telinga para penggemar setianya, yaitu irama Pop-Melayu, yang kemudian juga dikenal di tanah air sebagai irama ‘dangdut’.
MENGEKSPERIMEN DANGDUT
Oleh: Nathan Mintaraga
Suatu hal penting lainnya yang menyebabkan album (LP) 1 ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ cukup unik saat diluncurkan adalah kehadiran sebuah irama baru di dalam album tersebut yang tidak pernah didendangkan oleh Lilis Suryani sebelumnya.
Melalui lagu Tidurlah, sebuah lagu dengan syair yang ditulis olehnya sendiri, Lilis berusaha memadu irama musik populer Indonesia dengan irama musik yang masih terdengar ‘asing’ sekali bagi telinga para penggemar setianya, yaitu irama Pop-Melayu, yang kemudian juga dikenal di tanah air sebagai irama ‘dangdut’.
Saturday, February 9, 2013
11 Menyanjung PYM: ‘.... Ia Tetap Diatas !!’
MENYANJUNG PYM: ‘.... IA TETAP DIATAS !!’
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KEDUA
Oleh: Nathan Mintaraga
Dalam waktu hampir bersamaan dengan kesuksesan luar biasa yang dicapai oleh album ‘Tjing Tulungan’ 1, sebuah album lain (LP) 2 berisi 12 lagu baru dengan judul: ‘…. Ia Tetap Diatas !!’ (1965), hasil kerja sama Lilis Suryani dengan Irama Records, diluncurkan di pasaran musik Indonesia. Album itu direkam dengan iringan orkes Baju di bawah pimpinan F Pareira.
Tampak nyata dari cara-cara aransemen musiknya, orkes tersebut berusaha
keras sekali mengulangi segala sesuatu yang sudah dilakukan oleh Idris Sardi dengan orkesnya saat mengiringi Lilis merekam album ‘Antosan’ setahun sebelumnya.
Tetapi meskipun menggunakan berbagai instrumen musik yang sama seperti yang sudah dipergunakan oleh pemusik legendaris tersebut, baik biola, cello, klarinet maupun saksofon, apalagi meniru semua aransemennya, akhir kesudahan album itu jelas tidak sesempurna kualitas album pendahulunya. Bahkan sekarang LP tersebut terdengar agak kuno, terdengar sekali umurnya yang sudah hampir setengah abad!
‘SIGNATURE ALBUM’ YANG KEDUA
Oleh: Nathan Mintaraga
Tetapi meskipun menggunakan berbagai instrumen musik yang sama seperti yang sudah dipergunakan oleh pemusik legendaris tersebut, baik biola, cello, klarinet maupun saksofon, apalagi meniru semua aransemennya, akhir kesudahan album itu jelas tidak sesempurna kualitas album pendahulunya. Bahkan sekarang LP tersebut terdengar agak kuno, terdengar sekali umurnya yang sudah hampir setengah abad!
Labels:
Artis Legendaris,
Baju,
Bing Slamet,
Bung Karno,
Bung Karno Djaja,
F Pareira,
G30S,
Gendjer-Gendjer,
Irama Records,
Lilis Suryani,
Muhibah,
Musik 60-an,
Telepon,
Untuk PJM Presiden Sukarno,
Wikipedia
Saturday, January 26, 2013
10 Zaenal Combo
ZAENAL COMBO
DARI ‘TJING TULUNGAN’ SAMPAI ‘SELAMAT TINGGAL’
Oleh: Nathan Mintaraga
Salah satu orkes yang mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang pertengahan terakhir dasawarsa ke-60 adalah band Zaenal Combo yang dipimpin oleh pemusik termasyhur Zaenal Arifin. Bertahun-tahun lamanya ketika orkes Eka Sapta masih menikmati kejayaan yang fenomenal, terutama pada saat bekerja sama dengan Lilis Suryani, dengan sia-sia ia dan orkesnya terus berusaha mendobrak tembok penghalang kesuksesan industri musik rekaman nasional yang memang sukar sekali untuk dilakukan.
Pada waktu itu Zaenal Arifin sudah dikenal sebagai penemu grup duet Pattie Bersaudara. Dengan orkesnya di bawah label Remaco, ia juga mengiringi banyak artis lainnya, seperti: Elly Kasim, Tjitjik Suwarno, Tati Saleh, Annie Rae, Lanny Sisters, Trio Asters, Saimima Sisters, The Begous dan lain sebagainya. Kendatipun demikian hampir semua hasil rekaman mereka tidak mampu untuk bisa meninggalkan kesan yang indah di hati para pendengarnya. Sekalipun ada yang menjadi hit, semuanya mudah sekali dilupakan orang.
DARI ‘TJING TULUNGAN’ SAMPAI ‘SELAMAT TINGGAL’
Oleh: Nathan Mintaraga
Salah satu orkes yang mendominasi dunia musik populer di Indonesia sepanjang pertengahan terakhir dasawarsa ke-60 adalah band Zaenal Combo yang dipimpin oleh pemusik termasyhur Zaenal Arifin. Bertahun-tahun lamanya ketika orkes Eka Sapta masih menikmati kejayaan yang fenomenal, terutama pada saat bekerja sama dengan Lilis Suryani, dengan sia-sia ia dan orkesnya terus berusaha mendobrak tembok penghalang kesuksesan industri musik rekaman nasional yang memang sukar sekali untuk dilakukan.
Pada waktu itu Zaenal Arifin sudah dikenal sebagai penemu grup duet Pattie Bersaudara. Dengan orkesnya di bawah label Remaco, ia juga mengiringi banyak artis lainnya, seperti: Elly Kasim, Tjitjik Suwarno, Tati Saleh, Annie Rae, Lanny Sisters, Trio Asters, Saimima Sisters, The Begous dan lain sebagainya. Kendatipun demikian hampir semua hasil rekaman mereka tidak mampu untuk bisa meninggalkan kesan yang indah di hati para pendengarnya. Sekalipun ada yang menjadi hit, semuanya mudah sekali dilupakan orang.
Labels:
Alfian,
Artis Legendaris,
Ernie Djohan,
Musik 60-an,
Pattie Bersaudara,
Remaco,
Retno,
S Warno,
Sendja di Kaimana,
Tetty Kadi,
Titiek Sandhora,
Tjing Tulungan,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Tuesday, January 1, 2013
09 Kau Pembela Nusa dan Bangsa
KAU
PEMBELA NUSA DAN BANGSA
MENGOBARKAN HEROISME
Oleh: Nathan Mintaraga
Larangan wewenang atas penyiaran lagu Risau disusul oleh berita-berita
negatif yang didesas-desuskan oleh media mengenai orientasi seksualitas Lilis
Suryani gara-gara lagu Hilda, lagu kedua yang juga berasal
dari album ‘Antosan’, ternyata tidak mampu menghalangi kesuksesan karier
musik nasionalnya. Karena justru kebalikannyalah yang terjadi!
Tidak lama sesudah itu, diiringi oleh band Zaenal Combo di bawah
pimpinan Zaenal Arifin, yang baru
saja mengalami ‘dobrakan’ luar biasa dengan album (LP) 1 mereka ‘Sendja di Kaimana’ (Lihat
artikel: Zaenal Combo – Dari ‘Tjing Tulungan’ sampai ‘Selamat Tinggal’), yang berhasil
mengorbitkan lagu-lagu klasik dari artis-artis seperti: Retno (Selamat Berpisah), S.
Warno (Hadiah Hari Ulang Tahun) dan Alfian (Semalam di Tjiandjur), Lilis merekam dan merilis empat lagu klasik
lainnya di bawah label Remaco (1965): Tjing Tulungan, Kau
Pembela Nusa dan Bangsa, Hesty dan Lydia.
Labels:
Alfian,
Artis Legendaris,
Hesty,
Kau Pembela Nusa dan Bangsa,
Lilis Suryani,
Musik 60-an,
Remaco,
Retno,
S Warno,
Selamat Berpisah,
Sendja di Kaimana,
Tjing Tulungan,
Wikipedia,
Zaenal Arifin,
Zaenal Combo
Subscribe to:
Posts (Atom)